Jumat, 19 Februari 2010
Bad Weather Birds
Bad winter weather here in southeastern Ohio often brings an unusual bird to the feeding station. This winter we've had a handful of uncommon birds coming into the yard to check out the feeders, probably attracted by all the noise and activity of our regular feeder visitors. A lone pine siskin has stopped by, several tree sparrows have too. But no red-breasted nuthatches, redpolls, or evening grosbeaks have appeared, sadly.
This particular visitor is one that often confuses people, and this head-on view doesn't make it any easier. It's an adult female red-winged blackbird (note the peach-colored throat). The heavy streaking might suggest a finch or siskin or even sparrow. But it's a blackbird, and a hungry one at that. After gorging on some sunflower hearts, Ms. Peachthroat took off, headed south.
It won't be long until we start seeing male red-winged blackbirds returning early to set up their territories. I always know it's truly spring when I hear their first conk-a-reeee!
Jangkrik Sebagai Pakan Burung Ocehan
Penyebaran jangkrik di Indonesia adalah merata, namun untuk kota-kota besar yang banyak penggemar burung dan ikan, pada awalnya sangat tergantung untuk mengkonsumsi jangkrik yang berasal dari alam, lama kelamaan dengan berkurangnya jangkrik yang ditangkap dari alam maka mulailah dicoba untuk membudidayakan jangkrik alam dengan diternakkan secara intensif dan usaha ini banyak dilakukan dikota-kota dipulau jawa.
Ada lebih dari 100 jenis jangkrik yang terdapat di Indonesia. Jenis yang banyak dibudidayakan pada saat ini adalah Gryllus Mitratus dan Gryllus testaclus, untuk pakan ikan dan burung. Kedua jenis ini dapat dibedakan dari bentuk tubuhnya, dimana Gryllus Mitratus wipositor-nya lebih pendek disamping itu Gryllus Mitratus mempunyai garis putih pada pinggir sayap punggung, serta penampilannya yang tenang. Jangkrik segar yang sudah diketahui baik untuk pakan burung berkicau seperti poksay, kacer dan hwambie serta untuk pakan ikan, baik juga untuk pertumbuhan udang dan lele dalam bentuk tepung. sejalan dengan hal tersebut diatas jika anda ingin berternak jangrik ada beberapa tips yang bisa anda ikuti antara lain penyiapan sarana dan peralatan, pembibitan, seperti dibawah ini:
- Penyiapan Sarana dan PeralatanKarena jangkrik biasa melakukan kegiatan diwaktu malam hari, maka kandang jangkrik jangan diletakkan dibawah sinar matahari, jadi letakkan ditempat yang teduh dan gelap. Sebaiknya dihindarkan dari lalu lalang orang lewat terlebih lagi untuk kandang peneluran. Untuk menjaga kondisi kandang yang mendekati habitatnya, maka dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan daun-daun kering seperti daun pisang, daun timbul, daun sukun dan daun-daun lainnya untuk tempat persembunyian disamping untuk menghindari dari sifat kanibalisme dari jangkrik. Dinding atas kandang bagian dalam sebaiknya dilapisi lakban keliling agar jangkrik tidak merayap naik sampai keluar kandang. Disalah satu sisi dinding kandang dibuat lubang yang ditutup kasa untuk memberikan sirkulasi udara yang baik dan untuk menjaga kelembapan kandang. Untuk ukuran kotak pemeliharaan jangkrik, tidak ada ukuran yang baku. Yang penting sesuai dengan kebutuhan untuk jumlah populasi jangkrik tiap kandang.Menurut hasil pemantauan dilapangan dan pengalaman. peternak, bentuk kandang biasanya berbentuk persegi panjang dengan ketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm sedangkan panjangnya 120-200 cm. Kotak (kandang) dapat dibuat dari kayu dengan rangka kaso, namun untuk mengirit biaya, maka dinding kandang dapat dibuat dari triplek. Kandang biasanya dibuat bersusun, dan kandang paling bawah mempunyai minimal empat kaki penyangga. Untuk menghindari gangguan binatang seperti semut, tikus, cecak dan serangga lainnya, maka keempat kaki kandang dialasi mangkuk yang berisi air, minyak tanah atau juga vaseline (gemuk) yang dilumurkan ditiap kaki penyangga.
- Pembibitan
- 1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Bibit yang diperlukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat, tidak sakit, tidak cacat (sungut atau kaki patah) dan umurnya sekitar 10-20 hari. Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alam bebas, karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Kalaupun induk betina tidak dapat dari hasil tangkapan alam bebas, maka induk dapat dibeli dari peternakan. Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas, karena lebih agresif.
Adapun ciri-ciri indukan, induk betina, dan induk jantan yang adalah sebagai berikut:- Indukan:
- sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap.
- kedua kaki belakangnya masih lengkap.
- bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat.
- badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap.
- pilihlah induk yang besar.
- dangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.
- Induk jantan:
- selalu mengeluarkan suara mengerik.
- permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang.
- tidak mempunyai ovipositor di ekor.
- Induk betina:
- tidak mengerik.
- permukaan punggung atau sayap halus.
- ada ovipositor dibawah ekor untuk mengeluarkan telur.
- Indukan:
- Perawatan Bibit dan Calon Induk
- 1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Perawatan jangkrik yang sudah dikeluarkan dari kotak penetasan berumur 10 hari harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol makanannya, karena pertumbuhannya sangat pesat. Sehingga kalau makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan yang lemah. Selain itu perlu juga dikontrol kelembapan udara serta binatang pengganggu, yaitu, semut, tikus, cicak, kecoa dan laba-laba. Untuk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik, maka makanan jangan sampai kurang. Makanan yang biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan serta diberikan bergantian setiap hari.
3. Sistem Pemuliabiakan
Sampai saat ini pembiakan Jangkrik yang dikenal adalah dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina, sedangkan untuk bertelur ada yang alami dan ada juga dengan cara caesar. Namun risiko dengan cara caesar induk betinanya besar kemungkinannya mati dan telur yang diperoleh tidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah.
4. Reproduksi dan Perkawinan
Induk dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila diberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuan-ramuan yang khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin.
Disamping itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam bebas, dinding kandang diolesi tanah liat, semen putih dan lem kayu, dan diberi daun-daunan kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu dan serutan kayu.
Jangkrik biasanya meletakkan telurnya dipasir atau tanah. Jadi didalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan dipiring kecil. Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan induknya kemudian kandang bagiab dalam disemprot dengan larutan antibiotik (cotrymoxale).Selain peneluran secara alami, dapat juga dilakukan peneluran secara caesar. Akan tetapi kekurangannya ialah telur tidak merata matangnya (daya tetas).
5. Proses kelahiran
Sebelum penetasan telur sebaiknya terlebih dahulu disiapkan kandang yang permukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yang lembut. Dalam satu kandang cukup dimasukkan 1-2 sendok teh telur dimana satu sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur. Selama proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembaban telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari dan telur harus dibulak-balik agar jangan sampai berjamur. Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari.
sumber:Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Selasa, 16 Februari 2010
Jumat, 12 Februari 2010
Surrounded by Giants
The Space Coast Birding Festival always treats book authors well. They invite us to do talks, lead field trips, and they make sure our books are available for sale in the huge vendor hall. The best thing, however, is the schedule of regular and convenient book signings in the Friends of Merritt Island NWR booth.
Phoebe and I were asked by Sandee from FOMI to do a book signing for The Young Birder's Guide. (Phoebe and her elementary school classmates helped me to create The Young Birder's Guide.)
This image, taken by our friend and festival volunteer Ray Scory, shows Phoebe diligently signing the book above her photo.
There are two things I love about this image. One, the concentration on her face and in her writing hand. And, two, the fact that she's surrounded by images of birding's field guide giants. From right to left, see if you can pick out the images and/or names of Roger Tory Peterson, David Sibley, Pete Dunne, and Kenn Kaufman.
It's always a treat to get to do a book signing. But getting to do one with the Phoebster was extra special.
Minggu, 07 Februari 2010
When the Birding Gets Slow
Phoebe and I made a bunch of appearances at middle schools in north Brevard County near Titusville as part of the Space Coast Birding & Wildlife Festival. We were trying to encourage some of the students—all near Phoebe's age—to consider birding as a fun, cool thing to do. We gave a half-dozen talks and lead a half-dozen walks. And I believe we made a few new birders.
The talks all went really well (I am so proud of the Phoebster for taking to public speaking so easily) and so did most of the walks. After all, it's hard not to see lots of birds in January in Florida. But it happens...
One of the schools we visited had a fairly bad bird walk due to an almost complete lack of birds. Oh sure we had some distant pepper specks int he sky (vultures) and some flyover American robins plus a few returning purple martins, but other than that we struck out. And I gotta tell you that I can keep any group of kids interested and under control as long as there are birds to show them. Preferably perched birds that we can get the spotting scope on. Even the rowdiest bully (of which we encountered none at the schools we visited) will go "Wow! That's AWEsome!" when shown a zoomed-in look at a northern mockingbird or any other species for that matter.
But at this school it was the doldrums of the afternoon with an approaching storm and the birds were all taking a siesta. Consequently the kids were becoming restless. After all it was Friday afternoon and this was their last class of the week. One group of boys began showing off by reenacting scenes from a war movie or video game. Girls began gathering into small groups to chat about the boys. Only a few students stuck with Phoebe and me, asking questions about birds, the book, us. The teacher began to tire of trying to keep control. I sensed my grip on the class slipping away.
That's when Mother Nature stepped in to save us. Someone screamed "AHHHH! SNAKE!!" and we watched as a tiny brown snake with a pale orange and black pattern on its back slithered into the middle of a group of 8th graders.
I'm glad it was a small, calm snake. I would've hated to try to wrestle an excaped exotic boa constrictor.
The snake quickly realized it was surrounded, so it raced into the only dark hole it could find: inside the sole of a girl's tennis show. Lucky for the snake, which one young man shyly ID'd as a juvenile corn snake, the girl remained calm while we removed her shoe.We all got a look at the snake curled up inside the open tread of the sole. The "Cool!" and "Sweet!" and "Awesome" comments drifted through the sultry afternoon air.
After everyone got a good look, I gently removed the snake and let it go in the grass.
We strolled back to the school, retrieved the loaner binoculars (many heartfelt thanks for the bins to Eagle Optics and The Enchanted Forest), answered a few final questions, and said our goodbyes. Phoebe and I signed a copy of "The Young Birder's Guide" for the school's library, and hit the road. I'll bet that book gets checked out a few times this spring.
We'd seen fewer than five bird species on this bird walk, but, thanks to a snake in the grass, it was still a big success.