Rabu, 30 November 2011

Mengenang kejayaan burung impor di Bogor

Sekitar tahun 90an mungkin itulah tahun kejayaan burung - burung imporan dari negeri tirai bambu china , mulai dari burung robin, hwamey, samho, Jalak hongkong dan Poksay. Burung burung ini pun selalu tergantung di setiap kios - kios burung yang ada di kota bogor waktu itu disekitar jalan Gg Mekah serta di tanjakan empang dijajaran rel kereta api bogor - sukabumi. Burung lokal sejenis ciblek, trucukan, kutilang, masih kurang peminatnya mungkin dikarenakan suaranya yang tidak terdengar mengalun atau bernyanyi seperti yang kebanyakan dicari oleh penggemar burung kicauan di masa itu.
Banyaknya burung - burung impr tersebut dipasaran membuat harga burung - burung ini semakin murah pada jamannya, untuk seekor robin yang gacor saja dibanderol dengan harga 35rb - 50rb, sedangkan untuk Poksay yang sudah gacor dan bergaya dihargai 100rb - 150rb, untuk hwamey gacor dihargai  100-200rb. Kemudahan mendapatkan burung - burung kicauan tersebut juga dibarengi dengan kemudahan memperoleh informasi dari banyaknya tabloid - tabloid burung yang beredar disini dan dipajang disetiap kios-kios burung besar.
Sekarang betapa sulitnya kita mendapatkan burung - burung tersebut, bahkan saking langkanya sampai - sampai burung robin pun bisa didapatkan dengan harga yang dua ratus persen lebih mahal dari harga aslinya. juga burung hwamey yang dinegerinya sendiri sering dijadikan sebagai burung aduan bernasib sama dengan burung robin dan poksay. Kalau dahulu masalah utama yang menjadi sumber menghilangnya burung impor dari china adalah kasus penyebaran Flu Burung sehingga Pemerintah menutup total pintu masuk satwa dan unggas dari negeri tirai bambu tersebut, dan ternyata imbasnya sampai hari ini. Kenapa , ada apa dengan importir burung - burung kita ? apakah masalah bea masuk yang mungkin dianggap terlalu tinggi, ataukah ada hal lain yang membuat importir kita terbatas dalam mengirimkan burung - burung ini dari negeri seberang. Kita sebagai penggemar burung kicauan hanya bisa menunggu siapa importir yang berani mengembalikan kejayaan burung - burung impor di bogor khususnya di indonesia agar dunia perburungan di sini lebih bervariasi dan lebih atraktif dengan hadirnya kembali kontes - kontes burung sekelas hwamey dan poksay.
Efek lain dari hilangnya burung impor tersebut ternyata membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup burung - burung lokal asli indonesia. Sekarang burung burung lokal tengah naik daun dan harganyapun turut melonjak hingga mengakibatkan penangkapan yang berlebihan untuk memperoleh keuntungan lebih banyak. Burung Ciblek misalnya, kalau dahulu burung ini selalu menghiasi halaman dan kebun kita sekarang sudah berangsur - angsur menghilang dari alamnya, kutilang, toed, jrogjrog lalu burung kacamata yang selalu bergerombol di pohon - pohon jambu atau nangka kini yang terdengar cuma satu atau dua ekor saja. Lalu apakah imbasnya harus kehilangan juga burung - burung asli indonesia ini ? Yang pasti , kita sebagai penggemar burung kicauan harus juga menjaga kondisi alam dan lingkungan untuk berkembang biaknya burung-burung liar lokalan kita.dan dengan upaya penangkaran beberapa jenis burung tertentu juga bisa membuat burung burung asli indonesia akan tetap terawat dihabitatnya. Jangan sampai hilangnya burung impor dipasaran malah membuat hilang burung lokal kita di alamnya.
sumber: berbagai sumber  

Mengenang kejayaan burung impor di Bogor

Sekitar tahun 90an mungkin itulah tahun kejayaan burung - burung imporan dari negeri tirai bambu china , mulai dari burung robin, hwamey, samho, Jalak hongkong dan Poksay. Burung burung ini pun selalu tergantung di setiap kios - kios burung yang ada di kota bogor waktu itu disekitar jalan Gg Mekah serta di tanjakan empang dijajaran rel kereta api bogor - sukabumi. Burung lokal sejenis ciblek, trucukan, kutilang, masih kurang peminatnya mungkin dikarenakan suaranya yang tidak terdengar mengalun atau bernyanyi seperti yang kebanyakan dicari oleh penggemar burung kicauan di masa itu.
Banyaknya burung - burung impr tersebut dipasaran membuat harga burung - burung ini semakin murah pada jamannya, untuk seekor robin yang gacor saja dibanderol dengan harga 35rb - 50rb, sedangkan untuk Poksay yang sudah gacor dan bergaya dihargai 100rb - 150rb, untuk hwamey gacor dihargai  100-200rb. Kemudahan mendapatkan burung - burung kicauan tersebut juga dibarengi dengan kemudahan memperoleh informasi dari banyaknya tabloid - tabloid burung yang beredar disini dan dipajang disetiap kios-kios burung besar.
Sekarang betapa sulitnya kita mendapatkan burung - burung tersebut, bahkan saking langkanya sampai - sampai burung robin pun bisa didapatkan dengan harga yang dua ratus persen lebih mahal dari harga aslinya. juga burung hwamey yang dinegerinya sendiri sering dijadikan sebagai burung aduan bernasib sama dengan burung robin dan poksay. Kalau dahulu masalah utama yang menjadi sumber menghilangnya burung impor dari china adalah kasus penyebaran Flu Burung sehingga Pemerintah menutup total pintu masuk satwa dan unggas dari negeri tirai bambu tersebut, dan ternyata imbasnya sampai hari ini. Kenapa , ada apa dengan importir burung - burung kita ? apakah masalah bea masuk yang mungkin dianggap terlalu tinggi, ataukah ada hal lain yang membuat importir kita terbatas dalam mengirimkan burung - burung ini dari negeri seberang. Kita sebagai penggemar burung kicauan hanya bisa menunggu siapa importir yang berani mengembalikan kejayaan burung - burung impor di bogor khususnya di indonesia agar dunia perburungan di sini lebih bervariasi dan lebih atraktif dengan hadirnya kembali kontes - kontes burung sekelas hwamey dan poksay.
Efek lain dari hilangnya burung impor tersebut ternyata membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup burung - burung lokal asli indonesia. Sekarang burung burung lokal tengah naik daun dan harganyapun turut melonjak hingga mengakibatkan penangkapan yang berlebihan untuk memperoleh keuntungan lebih banyak. Burung Ciblek misalnya, kalau dahulu burung ini selalu menghiasi halaman dan kebun kita sekarang sudah berangsur - angsur menghilang dari alamnya, kutilang, toed, jrogjrog lalu burung kacamata yang selalu bergerombol di pohon - pohon jambu atau nangka kini yang terdengar cuma satu atau dua ekor saja. Lalu apakah imbasnya harus kehilangan juga burung - burung asli indonesia ini ? Yang pasti , kita sebagai penggemar burung kicauan harus juga menjaga kondisi alam dan lingkungan untuk berkembang biaknya burung-burung liar lokalan kita.dan dengan upaya penangkaran beberapa jenis burung tertentu juga bisa membuat burung burung asli indonesia akan tetap terawat dihabitatnya. Jangan sampai hilangnya burung impor dipasaran malah membuat hilang burung lokal kita di alamnya.
sumber: berbagai sumber  

Mengenang kejayaan burung impor di Bogor

Sekitar tahun 90an mungkin itulah tahun kejayaan burung - burung imporan dari negeri tirai bambu china , mulai dari burung robin, hwamey, samho, Jalak hongkong dan Poksay. Burung burung ini pun selalu tergantung di setiap kios - kios burung yang ada di kota bogor waktu itu disekitar jalan Gg Mekah serta di tanjakan empang dijajaran rel kereta api bogor - sukabumi. Burung lokal sejenis ciblek, trucukan, kutilang, masih kurang peminatnya mungkin dikarenakan suaranya yang tidak terdengar mengalun atau bernyanyi seperti yang kebanyakan dicari oleh penggemar burung kicauan di masa itu.
Banyaknya burung - burung impr tersebut dipasaran membuat harga burung - burung ini semakin murah pada jamannya, untuk seekor robin yang gacor saja dibanderol dengan harga 35rb - 50rb, sedangkan untuk Poksay yang sudah gacor dan bergaya dihargai 100rb - 150rb, untuk hwamey gacor dihargai  100-200rb. Kemudahan mendapatkan burung - burung kicauan tersebut juga dibarengi dengan kemudahan memperoleh informasi dari banyaknya tabloid - tabloid burung yang beredar disini dan dipajang disetiap kios-kios burung besar.
Sekarang betapa sulitnya kita mendapatkan burung - burung tersebut, bahkan saking langkanya sampai - sampai burung robin pun bisa didapatkan dengan harga yang dua ratus persen lebih mahal dari harga aslinya. juga burung hwamey yang dinegerinya sendiri sering dijadikan sebagai burung aduan bernasib sama dengan burung robin dan poksay. Kalau dahulu masalah utama yang menjadi sumber menghilangnya burung impor dari china adalah kasus penyebaran Flu Burung sehingga Pemerintah menutup total pintu masuk satwa dan unggas dari negeri tirai bambu tersebut, dan ternyata imbasnya sampai hari ini. Kenapa , ada apa dengan importir burung - burung kita ? apakah masalah bea masuk yang mungkin dianggap terlalu tinggi, ataukah ada hal lain yang membuat importir kita terbatas dalam mengirimkan burung - burung ini dari negeri seberang. Kita sebagai penggemar burung kicauan hanya bisa menunggu siapa importir yang berani mengembalikan kejayaan burung - burung impor di bogor khususnya di indonesia agar dunia perburungan di sini lebih bervariasi dan lebih atraktif dengan hadirnya kembali kontes - kontes burung sekelas hwamey dan poksay.
Efek lain dari hilangnya burung impor tersebut ternyata membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup burung - burung lokal asli indonesia. Sekarang burung burung lokal tengah naik daun dan harganyapun turut melonjak hingga mengakibatkan penangkapan yang berlebihan untuk memperoleh keuntungan lebih banyak. Burung Ciblek misalnya, kalau dahulu burung ini selalu menghiasi halaman dan kebun kita sekarang sudah berangsur - angsur menghilang dari alamnya, kutilang, toed, jrogjrog lalu burung kacamata yang selalu bergerombol di pohon - pohon jambu atau nangka kini yang terdengar cuma satu atau dua ekor saja. Lalu apakah imbasnya harus kehilangan juga burung - burung asli indonesia ini ? Yang pasti , kita sebagai penggemar burung kicauan harus juga menjaga kondisi alam dan lingkungan untuk berkembang biaknya burung-burung liar lokalan kita.dan dengan upaya penangkaran beberapa jenis burung tertentu juga bisa membuat burung burung asli indonesia akan tetap terawat dihabitatnya. Jangan sampai hilangnya burung impor dipasaran malah membuat hilang burung lokal kita di alamnya.
sumber: berbagai sumber  

Hula Haiku


Water source of life
brings us together looking
sky peppered with birds

Hula Haiku


Water source of life
brings us together looking
sky peppered with birds

Gluten-Free Snickerdoodles

I've been lunging around the house for the past week anticipating the arrival of a pair of sequined skinny pants purchased in a spur of the moment click of the mouse.  It would only figure that during this time Danielle and I got to chatting about Udi's gluten-free snickerdoodles and this led to the cheapskate in me (uh, $7 for a little package of cookies = not happening) lunging into the kitchen to see if mastering a version of these cookies could be a possibility.  In a word:  victory!

After searching the internets, I discovered this raved about recipe on Smitten Kitchen.  The only substitution was a one-for-one of my favorite gluten-free flour blend (listed below) in place of the regular flour and ta-da.  Truth be told there was a bit of trepidation taking on this recipe because any cookie or cake of a pale variety in the gluten-free world can be tricksy (Lord of the Rings residue after marathoning all weekend), but this went off without a hitch.  Examine the evidence:

Chill the dough for at least an hour to make sure it can be rolled into little balls and then dipped
in a sugar/cinnamon combo before being placed on a cookie sheet.
I line my cookie sheets with parchment paper because, well, I'm a freak that values 
my Williams-Sonoma cookie sheets and doesn't want them scratched up.  Confession.
They cracked on top and were cake-like in the middle just like the recipe made with
regular wheat flour.  I love it when these things work out.

Here is the gluten-free flour blend so you don't have to click back:

Gluten-free Flour Blend
*I use this blend in place of regular flour in a one by one substitution for cookies, pancakes - you name it.  This will make a large batch of the Flour Blend that can also be stored and used for future.*

1C        Brown Rice Flour
1 1/4C  White Rice Flour
1/4C     Potato Starch Flour
2/3C     Tapioca Starch Flour
3/4C     Sweet Rice Flour
1/3C     Corn Starch
2tsp      Xanthan or Guar Gum

And now I must get back to lunging and squatting away seeing as the pants arrived this afternoon and it is officially time for Operation Sequin Skinny Pants.  Please enjoy the cookies and have one for me...I managed to eat approximately 20 of them over the span of 3 days before releasing the remainder to the Chef.  They're that good.  If you try them let me know how they work out--would love to hear what you think!

Gluten-Free Snickerdoodles

I've been lunging around the house for the past week anticipating the arrival of a pair of sequined skinny pants purchased in a spur of the moment click of the mouse.  It would only figure that during this time Danielle and I got to chatting about Udi's gluten-free snickerdoodles and this led to the cheapskate in me (uh, $7 for a little package of cookies = not happening) lunging into the kitchen to see if mastering a version of these cookies could be a possibility.  In a word:  victory!

After searching the internets, I discovered this raved about recipe on Smitten Kitchen.  The only substitution was a one-for-one of my favorite gluten-free flour blend (listed below) in place of the regular flour and ta-da.  Truth be told there was a bit of trepidation taking on this recipe because any cookie or cake of a pale variety in the gluten-free world can be tricksy (Lord of the Rings residue after marathoning all weekend), but this went off without a hitch.  Examine the evidence:

Chill the dough for at least an hour to make sure it can be rolled into little balls and then dipped
in a sugar/cinnamon combo before being placed on a cookie sheet.
I line my cookie sheets with parchment paper because, well, I'm a freak that values 
my Williams-Sonoma cookie sheets and doesn't want them scratched up.  Confession.
They cracked on top and were cake-like in the middle just like the recipe made with
regular wheat flour.  I love it when these things work out.

Here is the gluten-free flour blend so you don't have to click back:

Gluten-free Flour Blend
*I use this blend in place of regular flour in a one by one substitution for cookies, pancakes - you name it.  This will make a large batch of the Flour Blend that can also be stored and used for future.*

1C        Brown Rice Flour
1 1/4C  White Rice Flour
1/4C     Potato Starch Flour
2/3C     Tapioca Starch Flour
3/4C     Sweet Rice Flour
1/3C     Corn Starch
2tsp      Xanthan or Guar Gum

And now I must get back to lunging and squatting away seeing as the pants arrived this afternoon and it is officially time for Operation Sequin Skinny Pants.  Please enjoy the cookies and have one for me...I managed to eat approximately 20 of them over the span of 3 days before releasing the remainder to the Chef.  They're that good.  If you try them let me know how they work out--would love to hear what you think!

Senin, 28 November 2011

CARA Pembiakan Bonsai dari Stek

Stek kayu lunak menggunakan kayu tangkai baru yang harus dipotong pada awal musim panas dan harus disimpan di tempat tertutup yang lembab sampai akarnya tumbuh.


  1. Stek kayu keras menggunakan tangkai dewasa dan dipotong dari tangkai yang tumbuh pada tahun itu juga walaupun pada beberapa jenis pohon akarnya bisa tumbuh dari cangkokan kayu tangkai yang berumur dua tahun atau lebih.
  2. Stek akar cocok untuk spesies yang secara alamiah menanggalkan tangkai-tangkai tunas sekunder dari batang akar. Batang akar yang tebalnya sampai 7,5 cm bisa dipotong saat musim hujan.

CARA Pembiakan Bonsai dari Stek

Stek kayu lunak menggunakan kayu tangkai baru yang harus dipotong pada awal musim panas dan harus disimpan di tempat tertutup yang lembab sampai akarnya tumbuh.


  1. Stek kayu keras menggunakan tangkai dewasa dan dipotong dari tangkai yang tumbuh pada tahun itu juga walaupun pada beberapa jenis pohon akarnya bisa tumbuh dari cangkokan kayu tangkai yang berumur dua tahun atau lebih.
  2. Stek akar cocok untuk spesies yang secara alamiah menanggalkan tangkai-tangkai tunas sekunder dari batang akar. Batang akar yang tebalnya sampai 7,5 cm bisa dipotong saat musim hujan.

The Ultimate Escape

This weekend may have gone down as a massive fail on the blogger front due to approximately zero photos taken, unless you count the instagram of the pumpkin pie sliders taken in the wee hours Sunday morning, but in every other way it was a total win.  We hauled it to Laguna on Thanksgiving for dinner at the Chef's uncle's place where we listened to crazy stories, ate and drank... until I had to get cut off after spilling water all over the table upon hearing how the uncle used to work at a burger joint in his teens where they snotted in the burgers of particularly rude customers.  The next time you hear a burger employee holler, 'we need a SPECIAL' I highly recommend you immediately vacate the building and find another establishment.


I purchased zipola on Black Friday (victory!) and didn't even get out of bed until 5pm as a result of sleeping, Felicity marathon, Lord of the Rings extravaganza and more sleeping.  Did you hear about the mayhem that ensued at a Walmart here in SoCal?  Some lunatic woman pepper sprayed herself a path to the Xboxes leaving 20 sets of burning eyes in her wake.  Really lady? Really?? And people wonder why I refuse to leave the house.  There's something about Black Friday that has become so distasteful.  People camping out 5 days in advance, stampeding each other for crap they don't need and consuming en masse.  It's kind of gross.

The rest of the weekend went by in a blur of Elf, more Felicity, visits with friends, a closet purge and lazing about on the couch for hours on end.  Somewhere in there I finally managed to leave the house for margaritas and a mini dance-off, but that was it.  Yesterday when tossing out the Bed Bath and Beyond catalog I noticed something I might actually feel like buying:

If I had a Wii this inflatable car might be set up in my living room right now.
Given the hysteria taking place in stores over the next 30 days, however, I will be remaining at home in a mace-free zone, eyeballs and hair safely in my head.  

Hope you had a great Thanksgiving!
Did you take your life into your own hands on Black Friday?  I want the mad details.

The Ultimate Escape

This weekend may have gone down as a massive fail on the blogger front due to approximately zero photos taken, unless you count the instagram of the pumpkin pie sliders taken in the wee hours Sunday morning, but in every other way it was a total win.  We hauled it to Laguna on Thanksgiving for dinner at the Chef's uncle's place where we listened to crazy stories, ate and drank... until I had to get cut off after spilling water all over the table upon hearing how the uncle used to work at a burger joint in his teens where they snotted in the burgers of particularly rude customers.  The next time you hear a burger employee holler, 'we need a SPECIAL' I highly recommend you immediately vacate the building and find another establishment.


I purchased zipola on Black Friday (victory!) and didn't even get out of bed until 5pm as a result of sleeping, Felicity marathon, Lord of the Rings extravaganza and more sleeping.  Did you hear about the mayhem that ensued at a Walmart here in SoCal?  Some lunatic woman pepper sprayed herself a path to the Xboxes leaving 20 sets of burning eyes in her wake.  Really lady? Really?? And people wonder why I refuse to leave the house.  There's something about Black Friday that has become so distasteful.  People camping out 5 days in advance, stampeding each other for crap they don't need and consuming en masse.  It's kind of gross.

The rest of the weekend went by in a blur of Elf, more Felicity, visits with friends, a closet purge and lazing about on the couch for hours on end.  Somewhere in there I finally managed to leave the house for margaritas and a mini dance-off, but that was it.  Yesterday when tossing out the Bed Bath and Beyond catalog I noticed something I might actually feel like buying:

If I had a Wii this inflatable car might be set up in my living room right now.
Given the hysteria taking place in stores over the next 30 days, however, I will be remaining at home in a mace-free zone, eyeballs and hair safely in my head.  

Hope you had a great Thanksgiving!
Did you take your life into your own hands on Black Friday?  I want the mad details.

Sabtu, 26 November 2011

Pengobatan Sakit Kepala Secara Tradisional

Bila sakit kepala menyerang maka begitu sakitnya sehingga anda tidak lagi bisa melanjutkan aktivitas sehari-hari. Segera obati secara medis atau memakai obat tradisional yang terhitung mudah, murah dan cepat atasi sakit kepala. Berikut ini obat sakit kepala tradisional alami yang bisa anda gunakan :


Sakit kepala ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal apakah anda sedang sibuk atau sedang berlibur. Penyebab terjadinya sakit kepala diantarnya ialah kecemasan, cahaya silau, dehidrasi, stress, pola tidur dan makan yang tidak teratur, meminum obat-obatan yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh, aktivitas fisik yang terlalu melelahkan dan gejala perubahan hormon seperti sakit kepala saat haid pada wanita.

Obat sakit kepala tradisional dapat anda coba dengan meminum jus lemon karena jus lomon ini akan memberikan anda rasa rilex dan menyegarkan yang berguna untuk penyembuhan sakit kepala, aromaterapi dari kulit jeruk dengan menempelkannya pada dahi atau kening, lakukan pernafasan yang dalam dan hirup udara segar, minum air hangat secukupnya apabila anda sakit kepala akibat dehidrasi.

Selain dengan meminum obat-obat tradisional alami, sakit kepala sebelah dan bagian belakang juga bisa disembuhkan dengan cara melakukan pijatan ringan. Pijatan dilakukan untuk mengurangi stress dan ketegangan dikepala. Tempat yang sebaiknya dipijat yaitu sekitar bahu, tengkuk, pelipis dan tangan. Pemijatan dalam waktu beberapa menit akan mengurangi rasa sakit kepala yang anda derita. Anda juga harus menjaga pola makan dan istirahat karena bisa menyebabkan pemicu sakit kepala.

Pengobatan Sakit Kepala Secara Tradisional

Bila sakit kepala menyerang maka begitu sakitnya sehingga anda tidak lagi bisa melanjutkan aktivitas sehari-hari. Segera obati secara medis atau memakai obat tradisional yang terhitung mudah, murah dan cepat atasi sakit kepala. Berikut ini obat sakit kepala tradisional alami yang bisa anda gunakan :


Sakit kepala ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal apakah anda sedang sibuk atau sedang berlibur. Penyebab terjadinya sakit kepala diantarnya ialah kecemasan, cahaya silau, dehidrasi, stress, pola tidur dan makan yang tidak teratur, meminum obat-obatan yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh, aktivitas fisik yang terlalu melelahkan dan gejala perubahan hormon seperti sakit kepala saat haid pada wanita.

Obat sakit kepala tradisional dapat anda coba dengan meminum jus lemon karena jus lomon ini akan memberikan anda rasa rilex dan menyegarkan yang berguna untuk penyembuhan sakit kepala, aromaterapi dari kulit jeruk dengan menempelkannya pada dahi atau kening, lakukan pernafasan yang dalam dan hirup udara segar, minum air hangat secukupnya apabila anda sakit kepala akibat dehidrasi.

Selain dengan meminum obat-obat tradisional alami, sakit kepala sebelah dan bagian belakang juga bisa disembuhkan dengan cara melakukan pijatan ringan. Pijatan dilakukan untuk mengurangi stress dan ketegangan dikepala. Tempat yang sebaiknya dipijat yaitu sekitar bahu, tengkuk, pelipis dan tangan. Pemijatan dalam waktu beberapa menit akan mengurangi rasa sakit kepala yang anda derita. Anda juga harus menjaga pola makan dan istirahat karena bisa menyebabkan pemicu sakit kepala.

Pengobatan Encok Reumatik Secara Tradisional

Sakit encok atau disebut juga rematik dapat diderita bukan hanya oleh orang lanjut usia bahkan orang yang masih mudapun bisa terserang penyakit encok rematik ini. 


Daun Pule Pandak
Sebenarnya yang dimaksud dengan encok dan rematik adalah penyakit asam urat yaitu hasil dari metabolisme dalam tubuh yang diatur oleh kerja ginjal. Pada saat normal asam urat akan diproses pada ginjal dan dibawa ke pembuangan air seni, tetapi jika kadar asam urat berlebihan, ginjal akan kesulitan sehingga kelebihan asam urat ini akan menumpuk pada jaringan dan sendi.

Asam urat ini berbentuk kristal asam oksalat, jika kristal ini menumpuk pada persendian akan menimbulkan keradangan sendi yang sering disebut asam urat, encok atau rematik. Untuk mengatasinya cobalah beberapa ramuan alami herbal berikut ini :

Obat encok rematik untuk diminum
Buatlah minuman dengan bahan akar seledri yang diseduh dengan air panas. Cara membuat obat encok yang diminum ini adalah dengan menyiapkan satu sendok makan akar seledri, kemudian masukkan kedalam gelas, setelah itu tuangkan air panas ke dalam gelas tersebut, lalu gelas ditutup biarkan seduhan sampai menjadi dingin. Setelah dingin maka air hasil seduhan dibagi dua, setengah diminum pada pagi hari dan setengah lagi diminum pada sore harinya.

Obat encok rematik untuk dioles
Untuk membuat obat encok rematik yang dioles untuk bagian luar dengan cara menyiapkan daun pule pandak yang berbunga putih sebanyak 15 lembar serta minyak kelapa sekitar dua sendok teh. Untuk membuatnya dengan cara tumbuk daun pandak sampai halus, lalu campur dengan minyak kelapa. Oleskan pada luar sendi yang sakit. Perlu diperhatikan bahwa obat oles ini hanya boleh menempel pada kulit paling lama 5 menit, kemudian harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air.

Pengobatan Encok Reumatik Secara Tradisional

Sakit encok atau disebut juga rematik dapat diderita bukan hanya oleh orang lanjut usia bahkan orang yang masih mudapun bisa terserang penyakit encok rematik ini. 


Daun Pule Pandak
Sebenarnya yang dimaksud dengan encok dan rematik adalah penyakit asam urat yaitu hasil dari metabolisme dalam tubuh yang diatur oleh kerja ginjal. Pada saat normal asam urat akan diproses pada ginjal dan dibawa ke pembuangan air seni, tetapi jika kadar asam urat berlebihan, ginjal akan kesulitan sehingga kelebihan asam urat ini akan menumpuk pada jaringan dan sendi.

Asam urat ini berbentuk kristal asam oksalat, jika kristal ini menumpuk pada persendian akan menimbulkan keradangan sendi yang sering disebut asam urat, encok atau rematik. Untuk mengatasinya cobalah beberapa ramuan alami herbal berikut ini :

Obat encok rematik untuk diminum
Buatlah minuman dengan bahan akar seledri yang diseduh dengan air panas. Cara membuat obat encok yang diminum ini adalah dengan menyiapkan satu sendok makan akar seledri, kemudian masukkan kedalam gelas, setelah itu tuangkan air panas ke dalam gelas tersebut, lalu gelas ditutup biarkan seduhan sampai menjadi dingin. Setelah dingin maka air hasil seduhan dibagi dua, setengah diminum pada pagi hari dan setengah lagi diminum pada sore harinya.

Obat encok rematik untuk dioles
Untuk membuat obat encok rematik yang dioles untuk bagian luar dengan cara menyiapkan daun pule pandak yang berbunga putih sebanyak 15 lembar serta minyak kelapa sekitar dua sendok teh. Untuk membuatnya dengan cara tumbuk daun pandak sampai halus, lalu campur dengan minyak kelapa. Oleskan pada luar sendi yang sakit. Perlu diperhatikan bahwa obat oles ini hanya boleh menempel pada kulit paling lama 5 menit, kemudian harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air.

Kamis, 24 November 2011

Pengobatan Stroke Secara Tradisional

Pengobatan Stroke Secara Tradisional-Jika anda mengalami stroke, maka jangan panik karena semua penyakit ada obatnya. Dengan memahami gejala stroke, penyebab stroke dan bagaimana cara penanganannya maka akan mempercepat proses penyembuhan penyakit tersebut. Bagi anda yang ingin mencoba cara membuat obat stroke tradisional alami bisa ikuti tips berikut ini :


Daun Dewa
Stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.

Faktor penyebab stroke diantaranya Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain, Merokok, Makanan tidak sehat, Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.

Stroke bukan hanya menyerang orang lanjut usia, tapi sekarang menyerang juga generasi muda produktif yang biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat. Stroke juga tak lagi menjadi penyakit warga kota yang berkecukupan, namun juga dialami oleh warga pedesaan yang hidup dengan serba keterbatasan.

Untuk mengobati penyakit stroke maka anda bisa mencoba obat stroke alami yang satu ini. Siapkan bahan alami yaitu 30 gr daun dewa, 25 gr temu hitam, 2 kuntum bunga soka dan 2 kuntum bunga mawar. Setelah semua bahan tradisional tersedia maka rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya diminum. Minum air hasil ramuan tadi sebanyak 2 kali tiap sehari. Dengan meminumnya tiap hari maka InsyaAllah stroke yang anda derita akan segera berangsur sembuh.

Pengobatan Stroke Secara Tradisional

Pengobatan Stroke Secara Tradisional-Jika anda mengalami stroke, maka jangan panik karena semua penyakit ada obatnya. Dengan memahami gejala stroke, penyebab stroke dan bagaimana cara penanganannya maka akan mempercepat proses penyembuhan penyakit tersebut. Bagi anda yang ingin mencoba cara membuat obat stroke tradisional alami bisa ikuti tips berikut ini :


Daun Dewa
Stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.

Faktor penyebab stroke diantaranya Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain, Merokok, Makanan tidak sehat, Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.

Stroke bukan hanya menyerang orang lanjut usia, tapi sekarang menyerang juga generasi muda produktif yang biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat. Stroke juga tak lagi menjadi penyakit warga kota yang berkecukupan, namun juga dialami oleh warga pedesaan yang hidup dengan serba keterbatasan.

Untuk mengobati penyakit stroke maka anda bisa mencoba obat stroke alami yang satu ini. Siapkan bahan alami yaitu 30 gr daun dewa, 25 gr temu hitam, 2 kuntum bunga soka dan 2 kuntum bunga mawar. Setelah semua bahan tradisional tersedia maka rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya diminum. Minum air hasil ramuan tadi sebanyak 2 kali tiap sehari. Dengan meminumnya tiap hari maka InsyaAllah stroke yang anda derita akan segera berangsur sembuh.

Rabu, 23 November 2011

Play game angrybird

Yu kita uji skill kita :}
Graphic to display if Flash Player is not available.

Play game angrybird

Yu kita uji skill kita :}
Graphic to display if Flash Player is not available.

Play game angrybird

Yu kita uji skill kita :}
Graphic to display if Flash Player is not available.

Kuning telur sebagai pakan alternatif di musim hujan

Menghadapi musim penghujan ini tentu menjadi ke'repot'an tersendiri bagi penggemar burung kicauan khususnya yang memiliki burung burung pemakan serangga ( muray, anis, ciblek, tledekan dsb ) Masalah yang timbul adalah kesulitan mencari Kroto. 
Fungsi kroto adalah sebagai penambah nutrisi bagi burung berkicau dan nutrisi itu terdapat juga pada kuning telur baik itu telur ayam ataupun bebek. Dan sebagai tambahan nutrisi sekaligus sebagai pengganti kroto terlebih dengan kelangkaan kroto dipasaran di musim penghujan ini, kicau mania bisa mempraktekan tips berikut ini untuk burung kesayangan anda. 

1. Rebus telur hingga matang lalu ambil kuning telurnya. 
2. Jemur hingga kering 
3. hancurkan sampai menjadi bubuk
4. Berikan pada burung bisa dicampur dengan voer ataupun dalam wadah pakan tersendiri. 

Ok! tapi ingat pakan buatan ini hanya untuk sementara saja diberikan jika kroto susah didapatkan, karena bagaimanapun, pakan utama burung yaitu pakan alami adalah yang lebih bagus bagi kesehatan dan stamina burung kicauan anda.

Kuning telur sebagai pakan alternatif di musim hujan

Menghadapi musim penghujan ini tentu menjadi ke'repot'an tersendiri bagi penggemar burung kicauan khususnya yang memiliki burung burung pemakan serangga ( muray, anis, ciblek, tledekan dsb ) Masalah yang timbul adalah kesulitan mencari Kroto. 
Fungsi kroto adalah sebagai penambah nutrisi bagi burung berkicau dan nutrisi itu terdapat juga pada kuning telur baik itu telur ayam ataupun bebek. Dan sebagai tambahan nutrisi sekaligus sebagai pengganti kroto terlebih dengan kelangkaan kroto dipasaran di musim penghujan ini, kicau mania bisa mempraktekan tips berikut ini untuk burung kesayangan anda. 

1. Rebus telur hingga matang lalu ambil kuning telurnya. 
2. Jemur hingga kering 
3. hancurkan sampai menjadi bubuk
4. Berikan pada burung bisa dicampur dengan voer ataupun dalam wadah pakan tersendiri. 

Ok! tapi ingat pakan buatan ini hanya untuk sementara saja diberikan jika kroto susah didapatkan, karena bagaimanapun, pakan utama burung yaitu pakan alami adalah yang lebih bagus bagi kesehatan dan stamina burung kicauan anda.

Kuning telur sebagai pakan alternatif di musim hujan

Menghadapi musim penghujan ini tentu menjadi ke'repot'an tersendiri bagi penggemar burung kicauan khususnya yang memiliki burung burung pemakan serangga ( muray, anis, ciblek, tledekan dsb ) Masalah yang timbul adalah kesulitan mencari Kroto. 
Fungsi kroto adalah sebagai penambah nutrisi bagi burung berkicau dan nutrisi itu terdapat juga pada kuning telur baik itu telur ayam ataupun bebek. Dan sebagai tambahan nutrisi sekaligus sebagai pengganti kroto terlebih dengan kelangkaan kroto dipasaran di musim penghujan ini, kicau mania bisa mempraktekan tips berikut ini untuk burung kesayangan anda. 

1. Rebus telur hingga matang lalu ambil kuning telurnya. 
2. Jemur hingga kering 
3. hancurkan sampai menjadi bubuk
4. Berikan pada burung bisa dicampur dengan voer ataupun dalam wadah pakan tersendiri. 

Ok! tapi ingat pakan buatan ini hanya untuk sementara saja diberikan jika kroto susah didapatkan, karena bagaimanapun, pakan utama burung yaitu pakan alami adalah yang lebih bagus bagi kesehatan dan stamina burung kicauan anda.

Walking the Catwalk!


Among the tiny handful of birding events that I do every year is The New River Birding & Nature Festival in Fayette County, West Virginia. There are plenty-plenty reasons why I love this annual spring birding bacchanalia: it's run by good buddies of mine, the birding is truly incredible, Swainson's and cerulean warblers, the landscape is breathtaking, it's a small and intimate gathering of the tribe, they let me play music, there are hottubs in the cabins, and it's only a three-hour drive from the Bill of the Birds man cave. Now, there's another reason. The catwalk!

In the photo above you see a view of The New River Gorge Bridge which carries WV Route 19 across the vast, rocky, gaping maw of the New River Gorge. Do you see the horizontal line of brown steel girders running below the roadway? That's where the bridge's catwalk is located. Come along little kitty-cats and take a stroll with me. If you are acrophobic, you might want to stop reading now. I suggest you google the phrase "Rick-rolling" as an alternative way to soothe yourself.

Here is the understructure of the gorge bridge, stretching off into infinity, toward the south and the Fayetteville end of the bridge. We're climbing out onto the catwalk on the north end.


The company that owns the rights to take people on the catwalk (they market it as "BridgeWalk") has figured things out quite nicely. You are fit with a rather all-encompassing harness—the same kind that mountain climbers or bridge maintenance workers use. You are instructed to bring only items that can be lashed onto your body (see my binocs in the photo above). If you drop your precious iPhone over the edge, it's gone, dude.

The harnesses are attached to a lead which is latched via caribiner to a turnbuckle device that rolls along the safety cable. But that cable is attached to the bridge structure in about 50 places along its length. This is where the ingenious turnbuckle comes in: it ratchets through the attachment brackets, like a mini paddlewheel, while keeping you safely attached at all times. A few gentle tugs gets your line and harness past each attachment point. It's a very clever solution and much safer and more convenient than having to unhook and re-hook each bridge-walker's harness.

We walked the catwalk with six other people, plus a guide. Geoff Heeter, one of the New River Birding & Nature Festival founders and the fellow who invited me on this little adventure, wisely suggested we bring up the rear of the group. This was a very good call as we were able, after the first few sections, to lag behind a bit to take photos and do a bit of birding.

Here's our group, lined up for a photo, taken by our BridgeWalk guide Jim Smith.

And here's Geoff all harnessed up and grooving on the view. And speaking of the view: it is spectacular. I've been to the New River many times in the past 20 years, but being out over the gorge like this was a new and thrilling experience.

As you move out over the gorge, there is only the metal grate of the catwalk below your feet and two steel bands plus a top rail guarding you on the the sides. I'm not afraid of heights, but my knees did wobble a bit for the first 10 minutes or so. Once you get used to it, the thrill takes over for the chill and the experience becomes utterly enjoyable.


That's the New River way down yonder! But there are other fabbo things to see, too!

We saw at least four peregrine falcons on the bridge. These birds are from a population that was hacked on a local cliff face as part of a reintroduction program. We noted bands on the legs of two of them. And the birds seemed utterly unimpressed with the humans clanging along the catwalk—probably because there is a constant roar of traffic on the bridge just feet above, and because there is a steady stream of bridge maintenance workers, and now bridge tourists, coming along the catwalk each day.
The structure of the bridge has numerous holes, ledges, and perches perfect for peregrines. They have nested on the bridge for the past couple of years. Perhaps the birds we were seeing were adults with this year's young?

The BridgeWalk experience is going to be offered at the 10th annual New River Birding & Nature Festival next April 30 through May 5. The festival fills up really fast, so if you've been thinking about attending, don't wait! This final photo shows how close we got on our BridgeWalk to one of the peregrines—my closest look ever at a perched p-bird!

Hope to see you next spring in West Virginia, on the catwalk or elsewhere!

Walking the Catwalk!


Among the tiny handful of birding events that I do every year is The New River Birding & Nature Festival in Fayette County, West Virginia. There are plenty-plenty reasons why I love this annual spring birding bacchanalia: it's run by good buddies of mine, the birding is truly incredible, Swainson's and cerulean warblers, the landscape is breathtaking, it's a small and intimate gathering of the tribe, they let me play music, there are hottubs in the cabins, and it's only a three-hour drive from the Bill of the Birds man cave. Now, there's another reason. The catwalk!

In the photo above you see a view of The New River Gorge Bridge which carries WV Route 19 across the vast, rocky, gaping maw of the New River Gorge. Do you see the horizontal line of brown steel girders running below the roadway? That's where the bridge's catwalk is located. Come along little kitty-cats and take a stroll with me. If you are acrophobic, you might want to stop reading now. I suggest you google the phrase "Rick-rolling" as an alternative way to soothe yourself.

Here is the understructure of the gorge bridge, stretching off into infinity, toward the south and the Fayetteville end of the bridge. We're climbing out onto the catwalk on the north end.


The company that owns the rights to take people on the catwalk (they market it as "BridgeWalk") has figured things out quite nicely. You are fit with a rather all-encompassing harness—the same kind that mountain climbers or bridge maintenance workers use. You are instructed to bring only items that can be lashed onto your body (see my binocs in the photo above). If you drop your precious iPhone over the edge, it's gone, dude.

The harnesses are attached to a lead which is latched via caribiner to a turnbuckle device that rolls along the safety cable. But that cable is attached to the bridge structure in about 50 places along its length. This is where the ingenious turnbuckle comes in: it ratchets through the attachment brackets, like a mini paddlewheel, while keeping you safely attached at all times. A few gentle tugs gets your line and harness past each attachment point. It's a very clever solution and much safer and more convenient than having to unhook and re-hook each bridge-walker's harness.

We walked the catwalk with six other people, plus a guide. Geoff Heeter, one of the New River Birding & Nature Festival founders and the fellow who invited me on this little adventure, wisely suggested we bring up the rear of the group. This was a very good call as we were able, after the first few sections, to lag behind a bit to take photos and do a bit of birding.

Here's our group, lined up for a photo, taken by our BridgeWalk guide Jim Smith.

And here's Geoff all harnessed up and grooving on the view. And speaking of the view: it is spectacular. I've been to the New River many times in the past 20 years, but being out over the gorge like this was a new and thrilling experience.

As you move out over the gorge, there is only the metal grate of the catwalk below your feet and two steel bands plus a top rail guarding you on the the sides. I'm not afraid of heights, but my knees did wobble a bit for the first 10 minutes or so. Once you get used to it, the thrill takes over for the chill and the experience becomes utterly enjoyable.


That's the New River way down yonder! But there are other fabbo things to see, too!

We saw at least four peregrine falcons on the bridge. These birds are from a population that was hacked on a local cliff face as part of a reintroduction program. We noted bands on the legs of two of them. And the birds seemed utterly unimpressed with the humans clanging along the catwalk—probably because there is a constant roar of traffic on the bridge just feet above, and because there is a steady stream of bridge maintenance workers, and now bridge tourists, coming along the catwalk each day.
The structure of the bridge has numerous holes, ledges, and perches perfect for peregrines. They have nested on the bridge for the past couple of years. Perhaps the birds we were seeing were adults with this year's young?

The BridgeWalk experience is going to be offered at the 10th annual New River Birding & Nature Festival next April 30 through May 5. The festival fills up really fast, so if you've been thinking about attending, don't wait! This final photo shows how close we got on our BridgeWalk to one of the peregrines—my closest look ever at a perched p-bird!

Hope to see you next spring in West Virginia, on the catwalk or elsewhere!

This or That: Fisherman Knits

I'm in the market to update my closet with a couple of sweaters for winter, and have 
always been a fan of this style.  Isabel Marant's version is a real beauty, but at a whopping 
(at least for my budget) $775 there's basically no chance of that mother landing in my 
closet anytime soon.  The other day I was out shopping when Alexa Chung's version caught my eye.
It looks pretty close, is cut to hit just at the hip and has a bit of a shrunken fit like so many of 
the cable knits that are out now.  I do believe that was a rhyme.  I scooped up Alexa's version and think 
it'll be cute with shorts and tights or denim and boots.   

What do you think?  Go big or go home?
ps-Madewell has up to 30% off online starting today!