Minggu, 10 April 2011

Ayam ketawa, mudah pakan dan perawatannya

Seperti ayam lokal lainnya, budidaya ayam ketawa relatif mudah. Pakannya gampang didapat, daya tahan tubuhnya pun kuat di berbagai cuaca. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan harga ayam ketawa yang bisa menjulang.


Sunarso, penjual ayam ketawa di bilangan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, mengungkapkan, ayam ketawa cukup diberi pakan campuran. Pakan ini terdiri dari jagung, gabah, beras merah, dan pur. Keempat bahan ini dengan mudah bisa ditemukan di pasar-pasar burung.

Dalam sehari ayam-ayam ini diberi makan tiga kali, pagi, siang, dan sore. "Porsinya, satu genggam untuk satu ekor," kata Sunarso.

Selain pakan tadi, ayam juga diberi pakan khusus yang disebut Sunarso sebagai jamunya ayam ketawa. Pakan tersebut berupa campuran jahe, kunyit, dan kencur. Ketiga bahan ini diiris kecil-kecil untuk kemudian disuapkan ke ayam. Pemberian pakan ini bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh si ayam.

Pemeliharaan ayam ketawa pun relatif mudah. Ayam ini tak perlu ditempatkan di area khusus. "Cukup dimasukkan ke dalam kandang," ucap Sunarso.

Di rumahnya, Sunarso memiliki 11 ekor ayam ketawa yang sedang diternakkan. Bisnis ini memang menggiurkan lantaran harga ayam ketawa tergolong tinggi. Sunarso mematok harga seekor ayam ketawa Rp 250.000 sampai Rp 3 juta. Mahal murahnya, tergantung dari umur si ayam. Semakin dewasa usia ayam, kian mahal harganya. "Di usia dua hingga tiga tahun, ketawanya sudah bagus sekali,” ujar Sunarso.

Pasar Sunarso kebanyakan para kolektor yang tinggal di Jakarta. Ada pula pembeli dari Indramayu dan Purwakarta.

Ketua Persatuan Pecinta dan Pelestari Ayam Ketawa Indonesia (P3AKI) Denawi Usman mengatakan, sistem ternak yang digunakannya adalah sistem telur. Dia menunggu sampai ayam-ayam ketawa yang dikirim langsung dari Sidrap, Sulawesi Selatan bertelur. Kemudian, telur-telur ini ditetaskan di mesin penetas. "Indukannya saya jual. Jadi cuma telurnya yang saya ternakkan," tuturnya.

Denawi memiliki 30 ekor ayam ketawa di rumahnya di Semarang, Jawa Tengah. Awalnya ia tak tertarik dengan keunikan ayam ini. "Satu tahun lalu diberi keponakan meski saya tidak suka binatang. Lalu dipaksa. Eh, akhirnya malah suka, lucu ketawanya," tuturnya.

Berawal dari hobi, merambah ke bisnis. Itulah yang terjadi pada Denawi. Melihat ada celah usaha, dia pun mulai giat beternak. Satu ekor ayam ketawa harganya mulai Rp 3 juta sampai Rp 60 juta.

Berbeda dengan Sunarso, hitungan harga ala Denawi tergantung dari suara ketawa si ayam. Ada tiga kategori ketawa. Pertama, tawa standar. Ayam kategori ini memiliki suara tertawa pendek. Kedua, dangdut. Suaranya agak rapat. Ketiga, slow. Tipe suara ketawanya mengalun.

Di luar kategori ini ada pula kategori antik. Suara tertawa ayam tipe memiliki ini durasi satu hingga dua menit. Namun, yang biasa menjadi jawara kontes adalah tipe tawa dangdut dan slow. "Kalau yang antik, terlalu lama ketawanya," ujar Denawi.


Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id