Senin, 18 April 2011

MOLTING/MABUNG

MABUNG: Masalah terbesar burung peliharaan : Problema terbesar yang dihadapi penghobi burung atas burung peliharaan mereka yang saya dengar selama ini adalah persoalan molting atau mabung. Banyak sekali keluhan yang muncul, mulai dari masalah susah mabung, mabung tidak segera tuntas, macet bunyi setelah mabung dan sebagainya. Berkaitan dengan masalah mabung ini sebenarnya sudah banyak dibahas di berbagai forum dan web tentang burung. Namun demikian, semuanya sepertinya masih mengambang dan belum ada "penyelesaian tuntas".

Tulisan ini tidak bermaksud "menuntaskan" masalah tersebut, tetapi mencoba menyajikan beberapa persoalan mabung dan bagaimana langkah yang pernah dilakukan penghobi burung, bagaimana tingkat keberhasilan dan ketidakberhasilannya. Bahan-bahan tulisan ini adalah isi dalam forum Kicaumania.org (yang belum daftar, segera daftar ya...) dan tanya jawab di www.agroburung.com.

Dua tips mabung secara total pernah disampaikan misalnya oleh Om Aris Bumen dan Om Gombest. Om Aris menyampaikan tips penggunaan air kelapa dan Om Gombest menyarankan pengonsumsian susu. Banyak yang berhasil, tetapi ternyata banyak pula yang gagal meski segala petunjuk yang diberikan teman-teman dan juga oleh penulis trid sudah dilakukan. Apa yang salah dengan semua itu?

Oke, untuk sampai pada kesimpulan sementara saya, maka saya paparkan dulu apa dan bagaimana masalah molting itu secara lebih terperinci dan bagaimana hal itu bisa ditangani.

Pengertian

Moulting atau molting artinya adalah rontok, berganti bulu atau meranggas. Moulting/molting (burung) adalah proses bergantinya bulu tua secara periodik. Normalnya setahun sekali atau lebih dan dalam setahun bisa dua kali untuk species burung terentu.

Kadangkala, istilah moulting diterjemahkan dengan berbagai istilah seperti ngurak, mabung, ambrol, nyulam dan sebagainya. Hanya saja ada perbedaan berdasar "asal kata" masing-masing istilah tersebut:

"Ngurak" digunakan untuk menyebut kondisi bulu burung yang sudah tidak beraturan (terorak-arik) dan mulai rontoknya bulu2 kecil.
Ambrol =bulu rontok semua atau proses bulu rontok semua.
Nyulam =Tumbuh bulu baru menggantikan bulu yang rontok tetapi secara keseluruhan bulu dalam kondisi bagus (tidak dalam kondisi ngurak).

Kosa kata yang sering muncul dalam proses "moulting" adalah mabung. Mabung ini adalah proses bulu2 tumbuh tetapi belum sempurna dan sebagian besar masih terbungkus seperti anak bambu yang mau tumbuh (rebung). Jadi kata mabung memang berasal dari kata "menyerupai rebung".

Hanya saja secara umum kita sering menggunakan beberapa kosa kata itu secara berganti-ganti untuk menunjuk proses moulting. Padahal, kalau mendasari dari pembentukan kata-kata tersebut ataupun arti denotatifnya, maka proses moulting (sempurna) adalah melalui tahapan sebagai berikut:
1. Ngurak
2. Ambrol
3. Mabung
Sedangkan istilah [B]nyulam [/B]adalah pergantian bulu secara tidak sempurna.

Jenis-jenis burung tertentu, terutama jenis cucak-cucakan, jarang yang mengalami proses moulting sempurna (ngurak, ambrol dan mabung) dan biasanya hanya nyulam.

Inilah mengapa sebabnya cucakrowo yang ditangkar biasanya berproduksi terus-menerus bahkan tiap bulan (jika anakannya dipisahkan dan diloloh sendiri oleh penangkar). Sedangkan untuk anis kembang, murai batu, kenari atau jalak suren misalnya, mengalami berhenti produksi karena indukannya memasuki masa moulting.

Penanganan burung mabung

Ada banyak tips tentang penanganan burung mabung. Salah sayunya adalah yang pernah saya sampaikan di forum KM, sebagai berikut:

Jika burung Anda memasuki masa ngurak coba lakukan terapi ngurak secara ekstrem berikut ini:
1. Full kerodong; dikerodong terus kecuali sedang diberi makan/minum.
2. Ganti merk voer.
3. Beri kroto. Untuk burung2 relatif besar seperti murai batu, kacer, anis merah, anis kembang , bisa minimal sesendok makan sehari. Untuk burung kenari, bisa sekitar setengah sendok teh. Untuk branjangan, bisa dua sendok teh.
4. Tidak dimandikan, tidak dijemur.
5. Tidak perlu dibersihkan kotorannya selama tidak berjamur.
6. Taburi dulu bagian dasar sangkar dengan kapur setebal sekitar 2 mm merata; kemudian di lapisan atasnya taburi lagi dengan dedak/katul setebal sekitar 1 cm juga merata.

Fungsi dedak: Untuk menghangatkan udara dalam sangkar tetapi terjaga kelembabannya (tidak terlalu kering). Karena lembab potensial sebagai tempat berkembang biak mikroba, maka kapur, yang selain menambah hangat juga bisa membunuh jamur atau mikroba lain (terutama karena full kerodong dan tdk dibersihkan kotorannya).

Udara hangat tetapi lembab sangat diperlukan untuk proses moulting. Bulu tua akan cepat rontok karena lapisan kulit luar yang menjepitnya membuka. Bulu muda akan sempurna tumbuhnya karena ujung bulu baru terbantu dalam memecah lapisan tanduk yang membungkusnya.

Berkaitan dengan tips di atas, muncul kemudian pertanyaan seputar mabung. Antara lain, "mengapa tidak dijemur saja sembari dikerodong?". Atas pertanyaan itu saya sampaikan jawaban bahwa:
Pertama udara dalam sangkar berkerodong, sangat panas juga kering. Udara kering di bawah sinar matahari akan menyebabkan lapisan tanduk pembungkus bulu baru mengering dan sulit pecah (menyebabkan bulu tumbuh tidak sempurna).
Kedua O2 di udara kering di dalam sangkar yang berada di bawah terik matahari sangat tipis. Tidak sehat untuk makhluk hidup.
Ketiga suhu di dalam sangkar tidak terkontrol dan kalau mencapai 40 derajat C saja sudah cukup membuat burung megap-megap. Kalau Anda lupa, wassalam deh burung.... Lain misalnya hal itu dilakukan oleh penghobi yang lingkungan wilayahnya memang dingin. Hal ini misalnya dilakukan oleh Om Heri Salatiga untuk anis kembangnya yang sedang ngurak.

Berkaitan dengan kapur yang dipakai, juga muncul pertanyaan. Dan yang saya sampaikan bahwa kapur yang digunakan adalah kapur yang biasa untuk makan sirih (kapur mati, bukan kapur aktif). Contoh kapur mati ya seperti kapur tulis ataupun kapur untuk makan sirih. Kalau kita beli kapur dari toko besi, biasanya adalah kapur aktif. Untuk "mematikan"-nya, beli saja kemudian ditempatkan ke wadah tahan panas. Setelah itu diberi air, maka kapur akan mendidih (awas, panas sekali). setelah berhenti mendidih, biarkan sampai dingin. Biarkan kemudian sampai mengering dan jadilah kapur mati. Hancurkan dan siap pakai.gak efek samping ke momongan kita setelah mabung?

Kapur ini relatif tidak ada efek negatifnya, hanya saja perlu dijaga jangan sampai kapur beterbangan karena akan berbahaya bagi mata kita. Sedangkan untuk burung, bahaya bisa timbul jika tidak diberi lapisan dedak. Mengapa?
Sebagaimana saya tegaskan lapisan kapur harus berada di bawah dan di atasnya diberi lapisan desak. Dedak harus di atas karena dia relatif tidak mudah beterbangan, sehingga berfungsi "menutup" kemungkinan kapur beterbangan. Kalaupun kapur bocor keluar, maka dia mengarah ke bawah dan keluar kandang. Karena sangkar dikerodong full, maka hal itu relatif cukup untuk melindungi burung kita.

Pengalaman selama ini, kalau kapur sudah ketutup dedak, biasanya dia tidak terserpih lagi seperti debu, tetapi partikelnya cenderung mengikat (lengket) satu sama lain.

Full kerodong
Ada yang bertanya pula, dikatakan bahwa saat melakukan perawatan tersebut burung full kerodong terus dan tidak mandi dan tidak jemur juga. Nah kira2 kapan kita akhiri perawatan ini dan boleh memandikan burung kembali; dan aApa sesudah bulu rontok semua? Berkaitan dengan hal itu perlu dicatat bahwa terapi mabung dilakukan sampai semua bulu burung di bagian tubuh selesai atau tuntas dan tidak ada lagi bulu tanduk (bulu yang masih terbungkus lapisan tanduk).

Sementara burung mabung, peberian EF tetap kita lakukan seperti biasanya saat perawatan in. Kalau mau lebih cepat rontok bulunya, ganti voernya dengan voer ayam yang proteinnya relatif lebih banyak ketimbang voer burung. Untuk MB, tambah juga porsi krotonya.

Porsi dan jenis voer dikembalikan lagi ke pakan semula ketika semua bulu sudah berganti baru dan tinggal menyempurnakan bulu2 yang sedang tumbuh itu. Porsi kroto dikembalikan lagi juga.

MEMABUNGKAN "SECARA PAKSA" ala GOMBEST Surabaya

Karena banyak yang frutrasi menghadapi burung yang tidak tuntas ngurak atau mabung, Om Gombest menyarankan model memabungkan secara paksa dengan pemberian susu.

Dia mengatakan, cara untuk memabungkan secara paksa adalah cukup mencampurkan susu bubuk (putih) merk apa saja secukupnya ke dalam voor/kroto pada burung yang akan diambrolkan. Pemberian dilakukan selama 2-3 hari atau sampai benar-benar bisa kita pastikan bahwa burung tersebut sudah mulai rutin rontok bulunya. (Biasanya, kata dia, maksimal 5-7haru bulu sudah ambrol).

Menurut Om Gombest, dia sudah berkali-kali mempraktekkan hal itu dan untuk burung-burung yang punya kendala pada rusak bulu/nyerit-susah ambrol-ciak/patuk bulu. Hanya saja dia mengatakan justru belum pernah mencoba untuk burung yang bulunya dalam kondisi utuh.

Burung yang sudah dilakukan treatmen dengan pemberian susu antara lain MB-Kacer-TL & AM. Dan biasanya, menurut Om Gombest, tumbuhnya bulu pasca mabung total ini akan lebih awet masanya katena bulu tampak "lebih muda" bila dibandingkan dengan bulu pada burung yang mabung alami (dalam sangkar). Bahkan pada burung tertentu, warna bulunya akan lebih mengkilat seperti pada MB dan kacer.

Dia menambahkan catatan untuk burung jenis LB, susu bisa dioleskan pada jagung bonggol. Dan seperti halnya saran dari para penghobi lain, burung pada masa ini, sebaiknya selalu dalam keadaan berkerodong.

TIPS MABUNG OM Aris-Bumen

Lain Om Gombest lain pula Om Aris-Bumen. Dia membagikan pengalamannya untuk menumbuhkan bulu yang susah tumbuh dan atau bulu tua yang tidak juga mau rontok atau bulu yang nyulam melulu.

Cara yang dia berikan adalah:
Masukin air kelapa tua (jangan yang muda) di semprotan burung; kemudian masukan burung di dalam keramba (keramba burung di isi oleh air yg hangat suam2 kuku. Langkah berikutnya adalah menyemprotkan air kelapa ke burung sampai benar-benar basah kuyub.
Apabila burung mandi, biarkan mandi di dalam karamba, yang penting sudah disemprot air kelapa sampai basah. (Dia menulus "sampai basah sah sah sah...heheh")

Berikutnya, jemur burung sesaat (lalu angin-anginkan sampai agak kering), lantas dikerodong.
Dia menyarankan kita ulangi cara tersebut sampai ketemu hasilnya... Paling cepat 1-2 minggu sudah akan kelihatan hasilnya.

Sebelum mengakhiri tips-nya, Om Bumen mengingatkan kita agar jangan menyemprotkan air kelapa di sangkar burung karena akan mengundang semut. Sementara sisa air kelapa bisa dimasukan ke kulkas dan dipakai lagi keesokkan harinya.

Meski demikian Om Aris menyatakan tidak menjamin 100% berhasil, hanya saja dia pernah berhasil menggunakan cara tersebut. Burung yang pernah diterapi model ini adalah AK, AM, kenari dan tledekan. Namun dalam tanggapan terhadap tulisan ini, ada sejumlah teman yang menyatakan bahwa tips tersebut juga sukses untuk MB dan sejumlah burung lainnya.

TIDAK SEMUANYA BERHASIL

Seperti saya singgung dalam awal tulisan ini, berbagai tips, baik yang saya sampaikan maupun yang diberikan Om Gombest dan Om Aris, tidak semuanya bisa berhasil.

Berkaitan dengan masalah mabung yang sulit ditangani ini, saya pernah menyampaikan "perenungan" di agroburung.com tentang mengapa banyak problem burung berkaitan dengan masalah mabung. Mengapa? Sebab tidak lewat telepun tidak lewat blog, banyak penghobi burung yang bertanya kepada saya mengenai burung bermasalah ketika mabung. Terakhir adalah penghobi burung dari Jambi.

Nah berkaitan dengan hal itu saya menulis bahwa seumur-umur pelihara burung sejak SD (ya lebih dari 3 dekade) hingga sekarang, banyak persoalan dalam hal kesehatan burung ya baru tahun-tahun terakhir ini saja muncul.

Saya tidak habis pikir. Hanya saja, ketika saya mulai menganalisis, ternyata kebabanyakan burung yang bermasalah ketika mabung atau juga ditangkar, adalah burung-burung yang pernah mengonsumsi pakan tambahan yang tidak alami.
Selain pakan/minum untuk pembuat gacor, fit dan sebagainya, juga penggunaan obat anti kutu, perontok bulu, mengkilatkan bulu dan sebagainya.

Logikanya memang sederhana. Boleh jadi semua makanan suplemen diiklankan sebagai "alami", tanpa pengawet, tanpa pewarna, hasil fermentasi herbal dan sebagainya. Tetapi masalahnya, apakah kita harus yakin 100 persen dengan semua iklan itu?

Semua barang apapun, akan menjadi busuk, entah cepat atau lambat. Katakanlah masih baru ketika dijual dari pembuatnya, apakah benar itu tidak berkadaluwarsa? Apakah mereka menjamin bahwa barang itu dibuat belum lama, ataukah sudah 2-3 tahun disimpan karena tidak laku-laku?

Kalau tanpa pengawet atau pewarna (banyak pewarna yang juga berfungsi sebagai pengawet) apakah barang bisa tahan sampai tahunan? Hanya sedikit barang alamiah yang bisa tahan disimpan bertahun-tahun. Contohnya madu atau cairan hasil fermentasi yang dikemas secara benar (ya misalnya anggur).
Di luar itu, akan membusuk dan berbahaya jika dikonsumi.

Oke, kembali ke persoalan suplemen burung yang saat ini banyak beredar di pasaran... maka saya memastikan akan berdampak jika dikonsumi burung. Dampak seketika, misalnya burung jadi gacor penuh semangat.
Tetapi dalam jangka panjang, saya yakin akan menimbulkan dampak buruk. Sebab, suplemen apapun intinya adalah mengubah proses metabolisme di dalam tubuh burung.
Pada akhirnya, akan mengubah bioritme burung. Burung yang seharusnya sudah rontok bulu misalnya, karena sudah mengonsumsi suplemen untuk memperbaiki suara, maka dia akan sulit mabung.

Kalaupun masuk masa mabung, maka tidak pernah tuntas. Ada saja bulu yang berganti, pokoknya nyulam forever...Artinya, burung tidak pernah masuk ke fase fit lagi.
Teman saya ada yang suka mengonsumsi jamu gendong. Lelah sedikit, njamu. Pusing sedikit njamu. Ya akhirnya, kelihatan sekali kalau dia tergantung pada jamu. Padahal secara nalar, jamu gendong dibuat dari bahan alamiah. Tetapi toh membuat pengonsuminya menjadi sangat tergantung. Celakanya, belakangan diketahui banyak jamu yang dikatakan berasal dari bahan alamiah juga dicampur ramuan kimiawi. Entah itu hanya berupa bahan kimia pengurang rasa sakit atau bahkan kategori obat penenang.

Katakanlah suplemen burung dibuat dari bahan alamiah, apakah betul itu tidak membuat ketergantungan? Apakah kita yakin itu tidak kadaluwarsa dan sudah mengandung racun tertentu? Dan setahu saya, hanya sedikit suplemen burung yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa.

Banyak hal bisa diperdebatkan memang. Argumentasi apapun bisa disampaikan oleh para pembuat suplemen. Tetapi saya cukuplah melihat hal ini dari sisi pengalaman manusia saja, bahwa karena tidak pernah mengonsumsi obat apapun, banyak kakek-kakek di desa sana yang tetap sehat wal afiat menggarap sawah meski setia hari klempas-klempus mengisap rokok tengwe alias nglinting dewe. Mereka tidak merokok tembakau atau cengkih yang sudah diberi saus sebagai penyeragam rasa. (Rokok bermerek "A" di mana-mana sama rasanya, tak peduli dari mana asal tembakaunya. Ini sekadar contoh).

Ingin rasanya menulis banyak mengenai hal ini, sayang belum sempat saja. Hanya, kok ya terus saja mengalir keluhan masalah kesehatan burung karena bermasalah dalam hal mabung. Wah, belum lagi kalau kita membicarakan voer dsb yang sesungguhnya juga pakan pabrikan.

Hmmm, dulu ketika jalak hanya diberi pakan kates dan belalang, dia bisa tahan penyakit hingga ajal menjemupt setelah hidup bertahun-tahun lamanya. Jadi, menurut saya, ada juga pengaruh buruk pewarna atau tambahan lain pada voer pabrikan.

Sebab, seingat saya, tidak ada burung pemakan biji (non-voer) seperti branjangan atau perkutut yang mengalami masalah kesehatan berkaitan dengan masa mabung. Begitu juga lovebird yang sebenarnya pemakan bijian. Cuma sayangnya, sekarang ini banyak juga LB yang diberi minuman suplemen tambahan macem-macem sehingga juga bermasalah dalam proses mabung.

Sekadar catatan penutup, pengaruh buruk pakan atau suplemen tambahan memang tidak seketika terlihat. Bisa jadi baru 3-6 bulan kemudian ketika Anda melihat tanda-tanda burung mabung tidak normal, maka itulah dampak pemberian pakan tambahan macem-macem selama ini, entah ketika burung itu di tangan Anda atau di tangan pemilik sebelumnya. Atau bisa jadi juga sehabis ditangkap di hutan sana agar tidak stres atau sakit-sakitan.

PENUTUP

Tulisan ini jelas tidak bisa menuntaskan masalah permabungan. Oleh karena itu masih terus perlu masukan dan tambahan sampai pada akhirnya masalah mabung tidak menjadi persoalan terbesar yang dialami para penghobi burung. Bisakah?