Kamis, 15 Maret 2012

Elang Buteo ( buteo buteo )


Berukuran besar (55 cm). Tubuh bagian atas coklat kemerahan gelap ; sisi muka kuningtua, bercoret kemerahan dengan garis kumis coklat berangan yang terlihat jelas. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan coretan tebal kemerahan. Iris kuning sampai coklat, paruh abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning. Terbang ; sayap bulat lebar bercak putih pada bagian pangkal bulu-bulu primer terlihat jelas;membubung tinggi membentuk huruf “V”


Suara :
Seperti rintihan “piiyu” mengeong keras.

Penyebaran global:
Berbiak di Paleartik, pada musim dingin menyebar ke selatan sampai Afrika, India, dan Asia tenggara.

Penyebaran lokal:
Hanya sedikit catatan di Jawa dan Bali. Diperkirakan sebagai pengembara atau pengunjung musim dingin di Sumatera.

Kebiasaan:
Menyukai daerah pedesaan yang terbuka, terbang tinggi berputar-putar mengikuti udara panas, atau beristirahat pada cabang-cabang pohon yang mencolok. Salah satu elang yang secara teratur melayang-layang diam sambil mengepak-epakan sayapnya. Terbang soaring di daerah terbuka di dekat hutan untuk mencari mangsa. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan bertengger di pohon terbuka, melihat sekeliling untuk menentukan lokasi mangsa. Sebagian besar mangsa ditangkap di atas tanah.

Makanan:
Jenis pakan menyesuaikan kondisi lingkungan dan musim. Makanan utamanya tikus, hamster, dan kelinci. Juga memakan serangga, reptil, amfibi, burung, dan sesekali bangkai hewan.

Perkembangbiakan:
Mulai mengerami telur Maret-Mei. Sarang biasanya dibuat pada pohon yang besar di dekat tepian hutan. Setiap pasangan memiliki lebih dari satu sarang, kadang menggunakan sarang dari burung raptor lain. Umumnya telur 2-4 butir yang dierami selama 35-39 hari, terutama oleh betina, sedangkan jantan lebih banyak bertugas mencari makan. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang usia 50-60 hari. Burung tertua yang pernah tercatat berusia lebih dari 25 tahun.