Jumat, 24 Agustus 2012

Memilih Kacer Fighter


Kacar dada putih secara umum memang lebih fighter ketimbang kacer hitam (kacer Jawa). Itu sebabnya kacer dada putih memang mendominasi di lapangan lomba. Tentu saja faktor ketersediaan di pasar yang jauh lebih banyak juga ikut menjadi faktor.

Sejumlah kicaumania kawakan mencoba membagikan ilmu yang dasarnya adalah “titen” atau berdasarkan pengamatan yang cukup lama. Mereka telah mengumpulkan sejumlah ciri-ciri fisik yang bisa dijadikan patokan untuk memperkirakan apakah kacer tersebut kelak Aakan fighter atau mau tarung atau tidak.


Burung yang fighter dan juara, memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut: Bulu kelihatan kering, tapi bersih dan gilap. Artinya kalau kita menjumpai burung kacer dada putih tapi bulunya kurang bernada kering, biasanya kurang flghter. 

Mata melotot atau medolo, sampai seperti mau keluar dari dalam kelopaknya.
Mata yang melotot akan terkesan garang, juga awas dalam mengamati sekitarnya. Kalau kita menjumpai kacer dada putih yang matanya kurang melotot, sehingga terlihat lembut dan kalem, bisa diperkirakan si burung kurang tarung.


Bagian paruh terlihat lurus, belahannya memanjang hingga ke belakang sampai mau ke bagian leher atau tenggorokan atau sampai di bawah mata. Jenis yang seperti ini biasanya memiliki volume yang dahsyat dan tembus. Jenis yang seperti ini bisa membuka paruh lebih lebar dari yang belahannya lebih pendek.
Postur badang kecil memanjang, tidak pendek. Kemudian perhatikan bagian ekor, biasanya kempal atau ngumpul, dan tidak mekar atau membuka.


Kacer dada putih bisa dipelihara baik di daerah panas maupun dingin. Paling-paling bila baru pindah, memerlukan sedikit waktu untuk adaptasi.


Menghindari mbagong atau mbedesi


Salah satu kelemahan atau tabu bila kita melombakan kacer adalah mbedesi atau mbagong. Kalau kita punya kacer dan mbagong …. aduhhh malu sekali rasanya. Biasanya akan ditertawakan dan dijadikan bahan ejekan teman-teman, meskipun hanya terjadi di latihan.


Menurut banyak pemain kacer, burung kacer mbagong disebabkan karena beberapa hal. Salah satunya adalah karena kalah mental. Selain itu, juga karena kelelahan. Burung yang di bagian awal tampil sangat baik, bila sedang tidak fit dipaksakan, maka ketika kelelahan biasanya juga mbagong.


Sehebat-hebatnya kita punya kacer, kalau di akhir-akhir penilaian kemudian mbagong, hampir pasti tidak bisa mendapatkan bendera koncer. Mbagong atau mbedesi benarbenar faktor yang bisa menghilangkan semua sisi-sisi baik lainnya.



Sejumlah orang mencoba melakukan berbagai terapi untuk secara perlahan menghilangkan kebiasaan buruk ini. Misalnya dengan mandi pasir. Caranya, kita ayak pasir halus, kemudian bisa dimasukkan ke bak keramba, kemudian kacer dimasukkan ke keramba.


Cara lain juga bisa dilakukan, tapi sedikit berisiko. Yaitu pasir ditaruh di atas tanah secara merata. Kemudian sangkar ditaruh di bagian atasnya, lantas bagian lantai sangkar ditarik. Jadilah lantai burung langsung terbuka atau terhubung dengan pasir yang sudah ditabur di atas tanah. Pastikan sangkar tidak roboh, karena itu biasanya diberi beban supaya kalau tersenggol secara tidak sengaja, atau kena angin, tidak roboh atau bergeser. Sebab kalau sampai terjadi, burung bisa terbang bebas.


Pada saat mandi pasir burung juga punya kesempatan untuk ngasin. Tapi, di jaman sekarang ngasin bisa dilakukan dengan cara langsung diberi asinan khusus untuk burung berkicau yang produknya juga ada di pasaran, meskipun tidak selalu mudah mendapatkannya