Sabtu, 27 Oktober 2012

Emu, Burung Endemik Australia yang Multiguna



EMU, BURUNG ENDEMIK AUSTRALIA

Burung emu (Dromaius novaehollandiae) kini menjadi satu-satunya spesies dalam genus Dromaius yang masih tersisa. Burung endemik di Australia itu bisa bertahan karena cukup banyak penduduk setempat, terutama yang tinggal di pedesaan, yang menangkarnya untuk diambil bulu-bulunya.

Kerabat dekat emu di Tasmania sudah lenyap setelah orang-orang Eropa bermigrasi ke kawasan itu pada tahun 1778. Emu dikenal sebagai burung terbesar kedua setelah burung unta. Keduanya, bersama burung kasuari, memiliki hubungan kekerabatan karena sama-sama berada dalam keluarga Casuariidae.

Tinggi tubuh emu dewasa bisa mencapai dua meter, dengan bobot badan rata-rata 45 kg. Panjang paruh sekitar 15 cm. Sebagaimana burung unta, emu juga tidak mempunyai kemampuan terbang. Tetapi kecepatan larinya mengagumkan, yaitu 50 km/jam.

Taksonomi

Berikut ini taksonomi atau tata nama ilmiah burung emu yang sudah disepakati para ahli perunggasan di dunia:
Kerajaan  : Animalia
Filum       : Chodrata
Kelas       : Aves
Ordo        : Struthioniformes
Famili      : Casuariidae
Genus       : Dromaius
Spesies    : Dromaius novaehollandiae

Habitat dan Kebiasaan

Semula burung emu banyak dijumpai di pantai timur Australia. Tetapi keberadaan mereka terdesak oleh manusia, sehingga kini jarang dijumpai. Beruntung beberapa warga pedalaman mengembangbiakkannya sehingga selamatlah burung ini dari ancaman kepunahan.

Di alam bebas, emu dikenal sebagai burung pengembara. Mereka bermigrasi dalam rombongan besar untuk mencari makanan. Makanan utamanya adalah tumbuhan dan serangga.

Dalam keadaan terpaksa, emu mampu menahan lapar selama beberapa hari. Tetapi untuk perkara air minum, burung ini terbilang rakus. Bayangkan, setiap hari mereka mengkonsumsi air rata-rata delapan galon. Emu juga senang berendam di dalam air maupun lumpur.

Burung ini sangat mudah dipelihara, karena memang tidak rewel soal makanan dan tahan terhadap suhu ekstrem. Emu bisa bertahan hidup dalam suhu di bawah nol derajat Celcius.

Lama hidup di alam bebas rata-rata 25 tahun. Tetapi di kandang penangkaran, dengan manajemen yang jauh lebih baik, lama hidup bisa ditingkatkan menjadi 35 tahun.

Beberapa jam setelah menetas, anak emu sudah dapat berjalan sendiri. Dalam tiga bulan pertama, anak emu memerlukan kandang yang hangat. Tetapi setelah itu, burung ini tumbuh menjadi kuat dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, termasuk iklim tropis.

Pertumbuhannya sangat cepat, terutama dalam satu tahun pertama.  Saat berumur enam bulan, emu remaja akan menanggalkan sebagian besar bulunya (moulting), untuk digantikan dengan bulu-bulu halus yang elegan seperti pada emu dewasa.

Ada beberapa catatan menarik dari burung ini, yaitu hampir semua bagian tubuhnya bermanfaat, dan digunakan manusia untuk berbagai keperluan. Tidak berlebihan jika emu disebut sebagai burung multiguna. Jika pada tanaman, kita mengenal kelapa sebagai pohon multiguna.

Bulunya untuk Pakaian

Bulu-bulunya sangat lembut, berwarna abu-abu yang berseling garis-garis cokelat tua. Bulu-bulunya bisa dijadikan pakaian, mantel, sepatu, sandal, dan aneka aksesoris menarik lainnya.

PENANGKARAN BURUNG EMU

Bukan hanya bulunya, kulit dan kukunya pun bisa dimanfaatkan. Kulit emu, misalnya, juga bisa disamak dan digunakan untuk bahan pembuatan sandal, sepatu, dan jaket. Sedangkan kukunya diolah menjadi aksesoris seperti bros untuk mempecantik pakaian, anting, dan sebagainya.

Bahan Pangan Rendah Kolesterol

Daging emu memiliki kandungan protein tinggi dan rendah kolesterol, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat di semua umur. Dengan bobot rata-rata 45 kg, pemotongan burung emu untuk konsumsi bisa menghasilkan karkas sekitar 25-30 kg.

Menu berbahan daging emu kini menjadi menu favorit di hotel-hotel berbintang di Australia, terutama karena rendah kolesterol dan memiliki cita rasa tinggi.

Telurnya untuk Konsumsi dan Perhiasan

Burung emu termasuk produktif. Induk betina mampu bertelur tiga hari sekali, terutama sejak Oktober hingga April. Tidak mengherankan jika induk betina bisa menghasilkan telur sebanyak 20-50 butir dalam satu musim. Kerabang telur berwarna zamrud, atau hijau gelap.

TELUR BURUNG EMU BERWARNA ZAMRUD

Sesuai dengan postur tubuhnya, ukuran telurnya pun terbilang raksasa. Dalam gambar terlihat telur emu yang harus dipegang dengan dua telapak tangan orang dewasa.

Berbeda dari burung pada umumnya, telur emu justru dierami induk jantan. Induk betina menyerahkan telurnya kepada pasangannya untuk dierami selama 50-56 hari, dengan persentase menetas mencapai 70-80%.

Sebagian penangkar juga memasok telur emu ke restoran dan hotel berbintang. Satu butir telur emu bisa dikonsumsi delapan orang. Wooow!!! Sangat nikmat dan mengenyangkan tentunya.

Cangkang atau kerabang telurnya pun tidak dibuang, karena banyak perajin yang siap membelinya untuk dijadikan kotak perhiasan yang cantik dan bernilai seni tinggi.

HIASAN CANTIK DARI CANGKANG TELUR EMU

Minyak Emu

Sebagian besar masyarakat Indonesia memang masih asing dengan minyak emu. Padahal, minyak ini sudah popular di berbagai negara, tidak terkecuali di Amerika Serikat dan Australia. Bintang Hollywood seperti Demi Moore dan Goldie Hawn pun merawat kulitnya dengan minyak emu.

Minyak emu berasal dari bantalan tebal di bagian punggung burung emu. Setiap ekor emu rata-rata bisa menghasilkan 5-6 liter minyak.

Sejak ribuan tahun lalu, minyak emu sudah digunakan masyarakat Aborigin, suku asli di Australia. Saat itu, minyak emu lebih sering digunakan untuk mengobati luka bakar, memar, rasa sakit di persendian, nyeri otot, salah urat, serta menyembuhkan kaki pecah-pecah dan berjamur.

Ketika diteliti di laboratorium, ternyata kandungan minyak emu didominasi oleh asam oleat (70%) dan asam linoleat (20%) yang non-kolesterol. Tidak mengherankan jika minyak emu juga diolah menjadi krim penghalus kulit, pengencang kulit atau antikerut, untuk mengatasi jerawat, menghilangkan bintik-bintik hitam pada wajah, bahkan krim anti-sinar matahari (sunblock).

Kini, peternakan emu bukan hanya menjadi domain masyarakat petani di wilayah pedalaman Australia. Penangkaran emu juga dijumpai di India. Di Negara Bagian Maharasthra, misalnya, tercatat ada 3.000-an peternak emu. Sedangkan di wilayah barat Kota Pune terdapat sekitar 1.000 peternak.

"Bisnis minyak emu saat ini sedang menanjak pesat di India dan dunia. Bahkan India masih kekurangan bahan baku, sehingga membutuhkan pasokan tambahan dari Australia.  Padahal, harga minyak emu terbilang mahal," kata Sandeep Taware, warga Kota Pune, yang sudah beternak emu sejak tahun 2000.

Semoga artikel ini bisa menginspirasi warga Indonesia untuk menangkar emu, karena bisa diambil bulu-bulunya, kukunya, telurnya, dan terutama minyaknya. Ada yang mau mencoba? (*)