Rabu, 14 November 2012

Mengenal Enggang si lambang kesetiaan

Burung Enggang atau burung rangkong (Hornbill) adalah sejenis burung yang memiliki paruh berbentuk tanduk. Nama ilmiahnya adalah "buceros" yang merujuk pada bentuk paruhnya yang dalam bahasa yunani berarti tanduk sapi.
Burung enggang ini tergolong dalam kelompok Bucerotidae yang termasuk 57 spesies dengan sembilan spesis diantaranya berasal dari endemik di Afrika bagian selatan dan 14 diantaranya endemik Indonesia. Makanan mereka adalah buah buahan juga kadal, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
Diantara 14 jenis enggang yang ada di indonesia ini, Enggang gading adalah salah satu jenis burung enggang yang terbesar dan paling banyak diburu untuk diambil paruhnya , oleh karena jumlahnya yang kian berkurang di habitatnya akibat perburuan liar , burung ini masuk dalam kategori burung langka.

ENGGANG LAMBANG KASIH SAYANG DAN KESETIAAN

Burung enggang yang masih muda memiliki paruh dan mahkota berwarna putih dan seiring bertambahnya usia paruh dan mahkotanya tersebut akan berubah warna menjadi oranye dan kemerahan, hal ini dikarenakan burung ini sering menggesekan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak pada bagian bawah dari ekornya.

Burung ini hidup berpasangan dan cara bertelurnya pun cukup unik, Burung Jantan akan membuat lubang ditempat yang tinggi pada sebatang pohon  untuk tempat burung betinanya bertelur, dan sewaktu mengeram itulah burung betina akan menutup sarangnya dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang kecil untuk tempat burung jantan memberikannya makanan , burung enggang betina akan bertelur dengan jumlah telur sekitar 5 hingga 6 butir telur  dalam sarangnya yang tersembunyi tersebut dan apabila induk dan anaknya tersebut sudah tidak muat lagi dalam sarangnya maka burung betina akan memecahkan sarangnya dan merenovasi lagi sarangnya supaya bisa muat bagi anak mereka. pada beberapa spesis kadang anak anak burung itu sendiri yang merenovasi sarangnya tanpa bantuan induknya.


Kesetiaan burung jantan dalam memberi makan dan menjaga pasangannya selama bertelur hingga mendewasakan anak anaknya tidak hanya sampai disitu tetapi hingga seumur hidupnya pasangan ini akan tetap berpasangan. karenanya burung ini kerap dijadikan sebagai lambang kesetiaan atau lambang kasih sayang.

BERBAGAI MITOS DAN LAMBANG BUDAYA

Didalam budaya Kalimantan, burung enggang (tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat maskulin. bahkan mitos dan cerita dibalik burung enggang ini pun berbeda beda disetiap daerah, salah satu mitos menyebutkan bahwa burung enggang adalah jelmaan dari Panglima Burung, Panglima burung adalah sosok yang tinggal di pegunungan di pedalaman kalimantan dan berwujud gaib dan hanya akan muncul pada saat perang, umumnya burung enggang dianggap sakral dan tidak diperbolehkan di buru apalagi di makan, bila ditemukan ada burung enggang yang mati, mayatnya tidak dibuang, bagian kepalanya akan digunakan untuk hiasan kepala, sedangkan kerangka kepalanya akan tetap awet karena tulangnya yang keras, dan hiasan kepala inipun hanya boleh digunakan oleh orang orang tertentu. 

Hiasan Kepala yang digunakan oleh orang orang tertentu
 
di pulau kalimantan sendiri burung enggang sakti digunakan sebagai lambang daerah ataupun juga simbol  organisasi seperti di lambang negeri Sarawak, lambang provinsi kalimantan tengah, Simbol Universitas Lambung Mangkurat dan lain sebagainya, sementara dalam budaya banjar burung enggang ini diukir dalam bentuk yang tersamar karena budaya banjar tumbuh dibawah pengearuh agama islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa.