Jumat, 15 Februari 2013

Pancawarna, burung menawan untuk masteran murai batu, kacer, dan cucak hijau


Pancawarna atau silver eared mesia (Leiothrix argentauris) merupakan salah satu jenis burung yang pernah popular pada dekade 1990-an. Hingga kini, sebagian penggemar murai batu, kacer, dan cucak hijau masih memeliharanya untuk dijadikan sebagai burung master. Artikel kali ini mengangkat kembali burung lima warna yang menawan tersebut, termasuk bagaimana perawatan dan cara penangkarannya.

BURUNG PANCAWARNA | LEIOTHRIX ARGENTAURIS
Burung Pancawarna (Leiothrix argentaruris)
Melihat nama spesiesnya, bisa dipastikan kalau pancawarna memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan pekin robin (Leothrix lutes). Berbeda dengan burung robin yang habitat aslinya di Asia Selatan (India, Nepal, Pakistan, Bhutan), China, dan Vietnam, persebaran pancawarna juga mencakup Indonesia (terutama Sumatera) dan Malaysia, selain negara-negara tersebut.
Jadi, kalau pekin robin umumnya harus diimpor (karena belum banyak penangkarnya), burung pancawarna sudah ada di Indonesia sejak dulu. Stok yang ada di sejumlah pasar burung berasal dari wilayah hutan di Sumatera. Adapun pancawarna impor, sebagaimana dilakukan dua dekade lalu, kini nyaris tidak dijumpai lagi.
Karakter fisik dan suara pancawarna
Burung pancawarna tidak memiliki banyak variasi lagu tidak seperti robin. Biasanya burung ini hanya menyanyikan 2-3 jenis kicauan berbeda dengan cara diulang-ulang, sehingga terkadang terdengar monoton. Sebab lagu yang dikicaukannya itu-itu juga.
Namun masih banyak kicaumania yang memeliharanya untuk kelangenan atau pengobat rasa kangen terhadap burung yang pernah popular ini. Apalagi burung ini juga bisa dijadikan sebagai burung master untuk murai batu, kacer, dan cucak hijau.
Berbeda dari burung kicauan lainnya, kita juga bisa menikmati keindahan tubuhnya yang terdiri atas lima warna pada bulunya.