Ruddy Winter Turnstone

Ruddy turnstone in winter plumage.

This afternoon, while frolicking on the beach at Cape Canaveral National Seashore with daughter Phoebe, I snapped off a few shots of the foraging ruddy turnstones. None of them was in breeding plumage, but then—I forget myself—it's January! They SHOULD be in winter plumage.

Not a whole lot of bird photography on this trip, at least not yet. Though, Phoebe got some nice shots for me of a loggerhead shrike at Viera. Here's one of them:

Loggerhead shrike at Viera Wetlands, FL. 1/27/10 by Phoebe Linnea Thompson
 

Changing Places

Daughter Phoebe and I have migrated south to Florida for a few days of giving birding talks at schools in and around Titusville as part of the Space Coast Birding and Nature Festival.

So we've traded icy flocks of ravenous starlings for....

.... white ibises against the sunset.

We'll report in soon about the talks, birds, sun, and surf. We hope you are warm and happy wherever you are.
 

Scratching the Rhino


The special surprise offered to participants in The Ohio Ornithological Society's Wilds Winter Birding Extravaganza on Saturday, January 16, was a trip behind the scenes at this endangered animal breeding and research facility. Where behind the scenes? To the rhino building to see the southern white rhinoceroses, including Anan the new baby rhino born last Halloween! This was perhaps the only thing that got our kids to go along on the trip—the promise of seeing rhinos up close.
Anan and her mom.

After a bit of bus hopping and a short introductory talk from The Wilds' rhino experts, we were ushered into one of the two rhino barns, tucked deep in a valley, and surrounded by industrial-strength, rhino-proof fencing.

We were told we could touch the rhinos—that they even liked it! But that we needed to be very careful when sticking our appendages through the metal pipe fence lest a rhino accidentally lean toward us and pin our body parts against the fence.


Clearly these animals were used to humans and approached our curious group for a closer look.
SO MASSIVE! My gosh these things look and feel like armored tanks, but their eyes are soft and small.Look at the massive feet on these surprisingly mobile and nimble mammals.


We all took turns petting, scratching, and admiring the rhinos as they stood next to our reaching hands.
The rhino skin was hard and dusty, like mud-spattered heavy canvas overlaying concrete.


Anan made her appearance, walking right up to Julie and Liam. Julie, of course, kissed her right on the snout. Watch for her blog post soon, likely titled "Frenching the Rhino."

But Zick The Animal Charmer did not stop there. Oh noooo. As soon as the mama rhino came over to be scratched, Julie began scratching her inside a giant crease in her skin on the flank in front of the hind legs.

The rhino gave many signs that this felt good: leaning in closer, relaxing her skin to let Julie scratch more deeply, exhaling deeply, breaking rhino wind (true!), and finally, as if feeling the ultimate in relaxation, dropping slowly to the ground.

But Julie was not the only one with a special connection to these animals.

Liam immediately felt he had "special rhino powers" much like the "special gorilla powers" he experienced at The Columbus Zoo (which is affiliated with The Wilds). Who were we to disagree, when we saw how the adult female rhino seemed attracted to Liam, and how calmly he stood there petting and talking to her, when others in our group backed away?

Phoebe would be mad if I did not include her rhino photo here, too. And since she and I are about to spend a week at a birding festival together I need to stay on her good side.

Even I got a chance to scratch the rhino, and I really dug it.
What a completely cool addition to our winter birding adventure at the Wilds. I've still got a buzz from those rhinos. So much so that I am thinking of changing this blog to Bill of the Rhinos. What do you think?
 

Sangkar Pembesaran Untuk Penangkaran Kenari

Sangkar pembesaran untuk burung kenari seringa disebut dengan istilah voiler. Sangkar pembesaran memiliki ukuran yang lebih luas jika di bandingkan dengan sangkar penangkaran.sangkar pembesaran ini digunakan untuk memberi keleluasaan kepada burung kenari agardapat bergerak dengan bebas. Didalam sngkar pembesaran burung dapat bergerak beas dan leluasa karena memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih luas dari pada sankar penangkaran

Pembuatan sangkar pembesaran dapat dibuat permanen dan tiddak dapat dipindah-pindahkan atau semi permanen yang dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keinginan penangkar. Ukuran sangkar pembesaran dapat dibuat bervariasi, tergantung pada kebutuhan dan kondisi tempat. Tetapi, sangkar pembesaran setidak-tidaknya mempunyai ukuran panjang 150 -200 cm, lebar 60-150 cm, dan tinggi 150-250 cm. Jika tempat tidak memungkinkan, sangkar pembesaran dapat dibuat dengan ukuran panjang 200cm, lebar 60 cm, dan tinggi 150 cm.

Kelmahan sangkar pembesaran yang dibuat permanen adalah tidak dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keinginan penangkar. Sehingga kebutuhan sinar matahari kadang kurang terpenuhi. Sedangkan sangkar pembesaran semi permanen memiliki keuntungan karena dapat digeser-geser atau dipindah-pindahkan sesuai keinginan penangkar. Misalnya, jika penangkar ingin menjemur burung-burungnya dapat menggeser atau memindahkan sangkar tersebut ke tempat yang mendapat sinar matahari pagi. Umumnya, sangkar pembesaran semi permanen ini pada kaki-kaki sangkar di beri roda untuk memudahkan penggeseran atau pemindahan sangkar.

 

Birding the Wilds


More than 150 brave and bundled souls showed up at The Wilds for the annual winter birding trip with The Ohio Ornithological Society. The weather began as bleakly as expected. The parking lot where we met was solid ice covered in a layer of slush. But there was no wind. My group, co-lead with Peter King and Julie Zickefoose, was group 5, assigned to begin at Long Lake. I knew Long Lake would be frozen (and likely duck-free) so we only drove about 150 yards down the road to our first stop. There we spotted a handful of raptors, including red-tailed hawk (3), rough-legged hawk (4), American kestrel, and what turned out to be the lone northern harrier of the day.

This single harrier, where normally we might see five or more, told us that the small mammal population was probably very low. No food, fewer birds.

Still a four-raptor stop was a great start, so we moved on down the road happily. Well, not everyone was happy. Phoebe and Liam sometimes get a notion to act like going on a birding trip in winter is akin to being condemned to 50 years of doing algebra homework. That "brattitude" would change on this day...we had a secret weapon in our arsenal.

Maybe asking Phoebe to be the trip photographer was not such a good idea.

We got to Long Lake and, as expected, it was frozen solid. Then the wind kicked up and so we headed for some back roads that offered a bit of wind protection. We did have several nice flyovers from trumpeter swans—actual wild trumpeter swans that now spend part of the winter here.

At the Jeffrey Point Birding Deck we spotted lots of white-tailed deer, many of The Wilds' captive large mammals, very few birds, and Papa Green Smurf.

While we scanned for birds (hoping for a golden eagle) along Zion Ridge Road, the sun came out. We hardly knew what to do. Then it began to warm up, thoroughly confusing us. This was The Wilds in January after all. Wha-ha-hoppen?

We thought it might be a trick, so we kept our sensible headgear on just in case.

We bird-dogged some horned larks along Zion Ridge Road after hearing their tinkling call notes.

And that was a life bird for several among us, thus the mandatory Life Bird Wiggle celebration to appease the Birding Gods.

We ended the birding portion of our day with somewhere north of 50 species—a most respectable total. I never did set eyes on a golden eagle, though many others did. For me the skies were empty, but our hearts were full.

Next stop: Scratching the Rhino.
 

Perlengkapan sangkar penangkaran kenari

Perlengkapan sangkar penangkaran ini ada beberapa hal yaitu:
  1. Tempat bertengger. Bahan untuk tenggeran atau tempat bertengger ini bisa dari kayu yang kasar kulitnya. Dapat menggunakan kayu pohon asem, jambu biji, atau petai cina. Tenggeran yang halus kurang baik untuk burung kenari.
  2. Sarang tempat bertelur. Dapat dibuat dari anyaman bambu atau plastik yang diberi rami, serabut kelapa atau daun cemara kering. Penempatan sangkar ini sebaiknya berada lebih tinggi dari pintu sangkar, sebelah kiri atas atau kanan atas. Dengan demikian pada saat pengggantian air minum atau pemberian pakan tidak menganggu burung yang sedang mengeram. Disisi tempat sarang di taruh , sebaiknya sisi luar sangkarnya ditutup dengan kertas semen. Sehingga burung merasa nyaman dan tenang mengerami telurnya.
  3. Tempat makan dan minum. Sebaiknya ditempatkan saling berjauhan sehingga tempat minum ini tidak dikotori oleh sisa makanan ataupun air bekas sisa mandi.
  4. Penjepit sayuran. Digunakan untuk menjepit sayuran sebagai makanan tambahan untuk burung kenari. Bisa menggunakan penjepit pakaian. Penempatanya di mana saja sekirannya memberikan kemudahan bagi burung untuk meraihnya.
  5. Lampu penerangan. sebaiknya deiberikan lampu 25 watt atau neon 10 watt yang dapat menerangi semua sangkar. karena dengan adanya lampu penerangan ini, maka pada malam hari angkar penangkaran tampak terang. Dengan demikian akan memberikan kemudhan bagi indukan untuk setiap waktu meloloh anakanya.

Semoga bermanfaat.


 

Penempatan sangkar

Untuk penangkaran burung kenari, penempatan sangkar dapat diletakan dimanapun sesuai dengan kondisi tempat penagkaran.Pada dasarnya ada tiga macam penempatan untuk sangkar penangkaran ini:
  1. ditempel pada dinding
  2. digantung
  3. disusun secara bertingkat,
Yang perlu dperhatikan dalam penempatan sangkar untuk penangkaran ini adalah segi keamanan terhadap gangguan binatang lain, terutama semut, tikus, dan kucing.

Sangkar yang diletakan di tempat yang terlalu panas sangat berpengaruh terhadap hasil penetasan. Jika suhu terlalu panas , burung yang sedang mengeram akan sering meningggalkan sarangnya untuk mandi, sehingga telur yang di erami menjadi gagal menetas.

Sebaiknya sangkar penangkaran ini diletakan di dekat pohon yang rindang, sehingga pada waktu cuaca panas masih terasa sejuk sehingga induknya tetap merasa nyaman mengerami telurnya.

 

Ukuran Sangkar Penangkaran Burung Kenari

Untuk menangkarkan burung kenari pada dasarnya membutuhkan dua macam sangkar, yaitu sangkar untuk penangkaran dan sangkar untuk pembesaran. Aspek yang di perlukan untuk penangkaran ini adalah:
  1. ukuran sangkar
  2. penempatan sangkar
  3. perlengkapan sangkar
  4. dan penerangan yang cukup
Berdasarkan jenis ukuran dari sangkar ini ada dua jenis, yaitu sangkar untuk penangkaran dan sangkar untuk pembesaran. masing-masing mempunyai ukuran yang di sesuaikan dengan keperluanya.

Sangkar untuk penangkaran kenari ini bisa di buat dari kayu untuk tulanganya dan di beri kawat kasa pada massing-masing sisinya. Sedangkan untuk ukuran bisa digunakan, untuk panjangnya 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Memang untuk ukuran kandang penangkaran ini tidak harus demikian tetapi tergantung dari jenis kenari yang akan di tangkarkan.

Jika yang ditangkarkan adalah jenis holland ukuran tersebut sudah mencukupi. Tetapi jika yang ditangkarkan adalah jenis yorkshire atau silangan antara yorkshire dan jenis lain, ukuran tersebut kurang memenuhi sarat. Perlu diperbesar lagi menjadi panjang 60 cm, lebar 50 cm dan tinggi 50 cm.
 

Burung Branjangan


Burung Branjangan (Mirafra Javanica) adalah burung dari bangsa Passeriformes dari famili Alaudidae yang terkenal dapat bernyanyi dengan indahnya. Kepiawaiannya dalam meniru suara burung lain serta gaya bertarungnya dengan cara mengepakan sayap (ngeper) semakin menambah kesukaan orang untuk memelihara burung ini.

Di alam bebas, Branjangan sering bernyanyi di atas kabel telpon atau batu atau pucuk pohon yang tinggi dan sesekali akan berkicau dengan pola seperti helikopter (hovering) untuk menunjukan daerah kekuasaan atau untuk menarik betinanya. Branjangan merupakan burung persawahan/ladang yang suka hidup di area terbuka berumput atau semak-semak yang tidak terlalu rimbun.

Dahulu tidak banyak orang yang tahu bahwa burung kecil dengan bulu kusam ini mempunyai suara yang indah dan pandai meniru suara burung lain, kecerdasannya dalam memaster suara burung lain akan membuat suara kicauannya menjadi beragam, suara burung Prenjak, Ciblek, dan burung Gereja akan mudah diadopsi oleh Branjangan.

Perawatan Branjangan yang relatif mudah membuat burung ini semakin diburu. Beberapa pelomba burung bahkan menjadikan burung ini menjadi burung “wajib” untuk master burung lombanya. Karakter suara Branjangan yang miji-miji akan memudahkan burung maskot mengadopsi suara Branjangan.
Branjangan yang sudah dapat memaster burung prenjak, ciblek, gereja tarung, cucak jenggot, love bird dan burung lain dan bermental baik akan memiliki harga yang lumayan fantastis. Dengan hanya memiliki satu ekor burung, maka cukup untuk memiliki bermacam suara burung lain.

Seiring dengan semakin banyaknya orang yang memelihara burung ini maka semakin banyak yang memburu Branjangan sehingga keberadaannya makin jarang terlihat. Pada era sebelum tahun 90-an masih banyak di pasar burung kita jumpai Branjangan dengan ciri-ciri yang saat ini disukai, seperti tubuh yang besar, berjambul dan bahkan kita akan dengan mudah mendapatkan piyikan dengan harga yang relatif terjangkau.

Seiring dengan minat penggemar burung kicauan yang berlomba memiliki burung ini, namun tidak diiringi dengan konservasi maka keberadaan burung ini semakin sulit didapat. Saat ini Branjangan yang kita temui di pasaran sedikit sekali yang berasal dari tanah Jawa, yang terkenal dengan burung branjangannya yang baik. Namun saat ini branjangan yang ada di pasar banyak berasal dari daerah Nusa Tenggara maupun Sumatera.
Menilik dari asal burung, bukan berarti burung yang berasal dari luar Jawa tidak baik, hanya saja burung yang berasal dari Jawa (khususnya Jawa Tengah daerah Wates, Petanahan dan Kali Ori) memang mempunyai ciri-ciri yang disukai oleh hobiest Branjangan. Mental yang baik, body yang besar dan volume suara yang keras dan variasi suara yang beragam, serta corak batik atau warna yang menarik, kemerahan atau kekuningan.

Di Pulau Jawa sendiri, Branjangan dibagi dalam beberapa daerah penyebaran, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Untuk wilayah Jawa Barat maka yang menjadi maskot bagi penggila Branjangan adalah yang berasal dari daerah Sapan.
Burung dari daerah Sapan terkenal dengan suaranya yang nyaring melengking dan kristal, jambul juga menjadi ciri khas burung ini. (jambul patent).
Branjangan Sapan/ Jawa Barat
sapan
Sapan/Branjangan Jabar (Indraf/koleksi pribadi)
Branjangan Sri Kayangan/Jawa Tengah
Branjangan memiliki ciri fisik yang lebih besar dan memiliki warna dan pola batik yang lebih menarik.
Sri Kayangan (Indraf/koleksi pribadi)
Sri Kayangan (Indraf/koleksi pribadi)
Branjangan Nusa Tenggara dan Sumbawa
Branjangan dari daerah NTB saat ini relatif yang sering kita jumpai di pasar atau kios burung. Branjangan ini mempunyai corak warna bulu yang lebih pekat. Ukuran tubuhnya juga tidak sebesar jenis branjangan dari daerah lain, seukuran 10-12 cm. Beberapa hobbies mengatakan bahwa burung dari daerah NTB memiliki variasi suara yang variatif dan jika sudah jadi akan sangat rajin berkicau, namun dari sisi mental biasanya kurang baik. Di perlombaan sendiri jarang ditemukan burung dari daerah ini yang di pertandingkan. Ini disebabkan juga karena bentuk tubuh yang relatif kecil dan suara yang kurang memadai untuk “menutup” suara burung dari daerah lain.

Sumber:
http://majalahburung.com
 

Cold Birding, Ohio Style

Marc Nolls of the OOS birding at The Wilds.

This Saturday, January 16, the Ohio Ornithological Society will hold our annual winter birding trip to The Wilds. In the good news/bad news department, the trip is already maxed out at 150 participants, with a waiting list of 30+. This is surprising to me given the weather we normally have for this outing: think Arctic Circle. No matter what the weather person predicts, it's always 20 degrees colder at The (wide-open) Wilds. If you're coming along, wear everything you've got and activate the hand warmers.

We're hoping to see some specialty birds there. Among the highlights in past years have been golden eagle, northern shrike, prairie falcon, snow bunting, and white-fronted goose. More likely (though not guaranteed) are northern harrier, horned lark, rough-legged hawk, and short-eared owl.
Rough-legged hawk.

Even if we don't see many birds, we'll still be treated to some mammal watching and the omnipresent Canada geese.


Our group will split into smaller car pools to cover all the prime birding spots. Jim McCormac (shown above demonstrating the effectiveness of his deodorant) always attracts a big crowd with his mad birding skilz. Even when the birding is slow, we still have a good time. We're hoping it's cold enough to keep the mud frozen, but not SO cold that bodily extremities are frozen.

The Wilds is 20,000 acres of recovering strip mine: prime habitat for grassland birds year-round. Poor habitat for trees, as this photo indicates.

And at the end of the daylight hours, if we are lucky, we might catch a glimpse or two of a short-eared owl.

A short-eared owl in the low light of a January dusk.
 

Migrating South with a Phoebe

We've had snow for most of the last month at Indigo Hill.

Later this month I will be getting onto an airplane with my red-headed daughter Phoebe Linnea to go to Florida for a bit. We'll be participating in the Space Coast Birding Festival in Titusville, FL as speakers/trip leaders. Yes, that's right, Phoebe is launching her career as a birding festival performer and, knowing her as I do, I feel certain that she will surpass me (and perhaps her mom, eventually) within a a short while.

Phoebe dreaming of migrating south.

Getting to split from the frozen wonderland of southeastern Ohio for the less-frozen sand-and-seascape of Florida's east coast has made Phoebe a much happier youngster during our recent string of snow days.


Liam is not happy he's missing the FL trip

Liam is not so happy about this and he's gone into "extracting exclusive trip promises from the parents" mode. We're still sorting through the possibilities, but a dinosaur-viewing trip to the Cleveland Museum of Natural History and a bison trip to North Dakota are strong candidates.

Phoebe and I will be giving presentations at three different schools in the Titusville area, plus at the Space Coast Birding Festival itself. After each talk, we'll go outside for a bit of birding. The topic for our talks is kids and bird watching salted with some stories from our work on The Young Birder's Guide to Birds of Eastern North America.

Phoebe's class at Salem Liberty Elementary School spent half of fourth grade, all of fifth grade, and part of sixth grade helping me to create the Young Birder's Guide. We'll talk about how the book was created, how the kids liked it, and about some of the other cool things we discovered along the way.

One of our early appointments during the trip is in Celebration, Florida, where we'll do an interview at Radio Disney on a show hosted by two young gals who are about Phoebe's age. It will be neat to see what Phoebe thinks of this crossroads of pop culture, teen sensation, and mass media.
That's me with the kidcasters from Radio Disney and Sunny, their producer, during an interview in 2009.

When I asked Phoebe last summer if she wanted to go to the festival with me in January, she immediately said "Yes!" Followed by "Wait! Will it be warm there?" When I confirmed that it was likely to be warmer there than in Ohio, she was all in.

This is NOT Ohio in January.

Then I asked the inevitable question, since we'd be flying into Orlando:
"Phoebs, do you want to go to Disney World since we'll be right there?"

And she said immediately:
"NO! I want to see manatees!"

This ranks among my proudest moments as a parent.
Phoebe the bird girl is now in 8th grade!

Of course I also hope to show Phoebe some of Florida's sweet birds, like wood stork, roseate spoonbills, and egrets at Merritt Island, and the limpkins, anhingas, and rafts of ducks at Viera Wetlands. I expect she'll dig these feathered wonders even if it's not sunny and 75ºF the entire week.

American wood stork at Merritt Island NWR near Titusville.

I'm also looking forward to introducing my daughter to some of my friends from the birding festival circuit. She's already met many of them, but being the proud papa, I can't resist showing her off just a bit.

If you're planning to attend the Space Coast Birding Festival, please come to one of our public talks and walks on Saturday, January 30.
 

Here Kitty!

The feeder birds all love our suet dough. The northern cardinals are especially loyal customers. But I'm not sure they appreciate the bowl we use to feed the dough on our deck railing.

She is wondering if this might be a trap...

This male cardinal looks as though he's re-reading the letters on the bowl.

Notice the pale feathers on his flanks? He's got some plumage variation, I think. More on him in a future post.
 

Burung Pentet

Bentet Burung Penyanyi yang Agresif
Cendet, Bentet, pentet, atau toet untuk orang jawa barat merupakan burung petengger dan juga burung pemangsa yang agresif dari famili Laniidae.Burung ini pada awal dan sebelum tahun 1990 merupakan burung yang belum banyak diminati. Bahkan harganya tidak lebih dari harga burung kutilang. Namun pada perkembangannya orang mengetahui, bahwa selain memiliki bentuk fisik yang indah, ternyata burung ini mempunyai suara yang menarik dan dapat memaster suara burung lainnya. Sehingga berbondong-bondonglah orang berusaha mendapatkan burung ini dengan mencari kualitas yang baik. Sekilas jika kita perhatikan ciri fisik ini menyerupai burung dari bangsa elang, demikian juga dengan perilakunya. Burung pentet menukik dan menyambar burung atau hewan kecil lainnya dari batang pohon yang tinggi dan kemudian mangsanya itu ditancapkan pada duri semak belukar untuk memudahkan pencabikan daging mangsanya.

Famili Laniidae Laniidae mencakup 74 spesies yang dibagi dalam 4 subfamili.
Bentet rata-rata memiliki panjang sekitar 20-25 cm, paruh kokok berbentuk kait diujung serupa dengan burung falkon. Pentet juga memiliki tungkai yang kuat dan cakar yang tajam yang dipergunakan untuk mencengkeram mangsanya diudara.
Sayap yang pendek dan bulat menyandang 10 batang bulu sayap luar primer, dan ekor yang bulat memiliki 12 bulu yang berfungsi sebagai kemudi ketika pentet sedang terbang. Pentet juga mempunyai bulu kaku yang tumbuh disekitar moncongnya.

Bentet yang umum termasuk dalam genus lanius. Salah satu species pentet yang mempunyai tubuh terbesar adalah Bentet Abu-abu Besar (L.Excubitor). dengan panjang sampai 25 cm, berkembang biak di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Species ini dan bentet Hitam Putih (L. Ludovicianus) merupakan spesies yang biasa tinggal di dunia baru (Amerika). Bentet abu-abu kecil (L.minor) mengeram di eropa selatan dan Asia tengah adn melewatkan musin dinginnya di dataran Afrika bagian timur. Species yang lain berwarna cokelat dan abu-abu. Bentet kepala merah (L. Senator) mengeram di Inggris selatan, Eropa dan Asia dan melewatkan musim dinginnya di Afrika dan Asia. Ada jenis yang memiliki bentuk yang serupa yang terdapat di India dan Asia Tenggara yakni Bentet Coklat (L. Christatus). Bentet Leher Hitam (L. Colarris).

Sarang pentet umumnya terbuat dari ranting, rumput, lumut, bunga-bungaan, wol, bulu dan lainnya. Yang diikat dengan menggunakan sarang laba-laba dan dikaitkan ke pohon atau semak-semak dengan ketinggan berkisar 4-6 meter dari atas tanah. Telur pentet berkisar antara 3-6 butir dengan masa mengeram sekitar 2 minggu hingga saat menetas. Pengeraman sebagian besar dilakukan oleh betina, yang sebagian waktu disuapi oleh bentet jantan selama dalam masa pengeraman. Pada usia 2-3 minggu biasanya anakan bentet telah mulai belajar terbang dan meninggalkan sarangnya.

Bentet adalah burung carnivora yang agresif, dan termasuk burung yang sangat galak khususnya ketika dalam usahanya mempertahankan wilayahnya. Pakan alami dari pentet adalah belalang, anak burung, anak itik, anak bebek, katak, kadal dan mamalia kecil lainnya. Dalam mencari mangsanya, biasanya burung pentet bertengger di pohon/area yang tinggi dan mengintai calon mangsanya. Ketika mangsa terlihat maka dengan cekatan burung ini akan menukik menyambar mangsanya. Jika mangsanya adalah burung kecil maka dapat terjadi kejar-mengejar dalam waktu yang cukup lama. Bentet bahkan seringkali menyerang burung yang secara fisik lebih besar dari dirinya, baik untuk dimangsa atau burung besar yang masuk kedalam wilayah kekuasaannya.
Burung bentet terbang dengan gerakan beralun, diselingi dengan terbang meluncur dan menukik hingga hampir mendekati tanah dan ketika kembali ke tempatnya dengan cara terbang hampir tegak lurus. Mangsa yang diterkam dimatikan dengan bacokan dan cabikan paruhnya dan diangkut utuh dengan cakarnya dan ditancapkan pada benda tajam seperti pucuk duri.
Bentet tidak selalu langsung menghabiskan mangsanya. Kerap kita melihat mangsanya dijejer dalam satu pohonan berduri yang berada disekitar sarangnya. Ini juga sebagai pemikat bagi bentet untuk menarik perhatian pasangannya.
Nyanian bentet mencakup nada-nada yang harmonis yang berbeda sekali dengan dengan pekikannya yang ribut yang kedengaran kencang melengking.



Sexing Pentet
Bagi pecinta burung burung pentet merupakan burung yang sangat menyenangkan, variasi suara, volume suara dan keindahan burung pentet itu sendiri merupakan alasan bagi penikmat kicauan memilih pentet sebagai klangenannya. Bagi keperluan pemeliharaan burung pentet tentu jenis kelamin sangat menentukan bagi kesenangan dalam memelihara burung ini. Alasan utama adalah pentet yang berkelamin jantan tentu memiliki warna yang lebih mencolok, variasi suara yang beraneka dan volume suara yang keras.
Untuk membedakan Jenis kelamin Pentet mungkin agar sukar bagi para pemula, namun bagi para ahli dapat dengan cara mengamati di bagian samping kiri dan kanan,terlihat sekali warna hitam yang mencolok di dekat mata sampe mendekati paruhnya kalo bgg dibagian pipinya mesti ada warna hitam yang mencolok sekali,itu untuk semua jenis pentet ciri-ciri tersebut menunjukan bahwa pentet tersebut berkelamin Jantan.
Kemudian Untuk betia nya warna hitam nya terlihat semu² saja dan biasanya mempunya ukuran kepala agak menggelembung.
Untuk cowoknya bentuk kepalanya agak ceper mendatar.Kemudian untuk lebih jelasnya danpasti coba liat dibagian sumpitnya ,untuk jantannya mempunyai sumpit kecil panjang dengan motif garis sumpit tidak beraturan.
Kalo untuk ceweknya bentuk sumpitnya agak besar dan bentuk garisnya seperti gari2 yang teratur kayak motif kembang sekilas.
(LinduajiPBI Red.)

Pemilihan Bakalan Pentet
Perawatan sebagus apapun dan dari mana asal pentet tidak akan membawa hasil yang maksimal kalau pentet tersebut memang tdk mempunyai trah atau karakter tempur yang mantab (Genetik). Oleh karena itu ada beberapa hal yang dapat diperhatikan
Potensi ngoceh tanpa henti bisa dilihat dari perawakannya. Pilih burung berkepala besar dan membulat (kebalikan dari AM). Diyakini pertanda burung pintar.
Perhatikan juga bentuk dan ukuran paruh. Utamakan pentet dengan paruh tebal dan panjang, yang sudah pasti harus tampak proporsional dengan kepala dan ukuran tubuh.
Paruh tebal dan tampak kokoh menandakan burung bisa membawakan lagu dengan tembakan dan volume keras. Sebaliknya bila paruh terlihat pipih, cendrung ngerol (bila ngerol volume suara akan lebih kecil karena di butuhkan udara/nafas lebih lama),
Pentet bertubuh pipih memanjang memiliki kebiasaan nagen saat bunyi, terlebih lagi apabila warna dada putih bersih dan kaki kokoh mencengkram tangkringan.Itu menandakan pentet punya mental tanding yg oke serta gaya tarung yang anteng.
(Rechten Red.)

Untuk pemilihan calon bakalan pentet, sebagai acuan dapat digunakan petunjuk dibawah ini :
- paruh dipilih yang besar, tebal dan kokoh ini menunjukkan pembawaan lagu cenderung tembakan dan volume keras kalo pipih cenderung ngeroll tapi suara tembakan kurang
- bentuk kpala sperti yang pernah saya informasikan.
- Kaki cari yang kokoh dalam memijak dan tegap
- postur cari yang ramping cenderung nagen saat bunyi, hindari postur botol ato bulet cenderung lari-larian.
- Warna hitam dikepala cenderung pekat menandakan laki-laki klo bisa yang besar.
(soponyono red.)

Atau

* Dengan melihat kondisi fisiknya. Cendet yg rajin berkicau memunyai ciri bermata jeli, tdk buta, bersih, dan berbulu rata serta agak mengkilap.
* Gerakannya gesit, duburnya bersih dr kotoran, serta organ kanan dan kirinya seimbang
* Bakalan yg baik HARUS berbadan TEGAP, sayap berkesan kokh dan rapi, serta tidak cacat kaki, paruh, dan ekor tdk rusak, serta paruhnya juga baik.
* Cari Cendet/pentet yg bentuk KEPALA nya sedikit lbh besar, bentuk bulat, dan bagian atasnya datar. Ciri ini merupakan ciri Cendet jantan yg baik.
* Suara/Volume cari yg mempunyai bakat volume suara yg keras.
* Mempunyai bakat alami (mental) yg baik.
* Lihat penampilan fisiknya, yg secara umum harus simetris antara kanan dan kiri serta tdk cacat, misal matanya, ekor bengkok atau kaki pendek sebelah. Jika berdiri badannnya harus tegap dg dada berkesan lebih besar. Jika berdiri HRS tegap dan gagah. Bila tdk berarti staminanya menurun atau tdk agresif utk berkicau. Kegagahannya juga termasuk dalam kriteria lomba. Oleh krn itu bila memilih cendet carilah yg gagah dan tegap bila berdiri. Bisa dipastikan cendet yg demeikian memiliki mental kicauan yg bagus.
(Copjend Red.)


Tujuan dan Fungsi Penggunaan Kerodong bagi pentet:
Untuk pentet muda gunakan krodong dengan warna lembut atau putih.Secara psikologis, burung muda masih takut menghadapi perubahan lingkungan secara drastis.Satu hal yang mungkin sering terlupakan dengan krodong warna putih semakin mudah mengontrol kebersihannya.Bila dirasakan burung telah bisa beradaptas, baru boleh menggantinya dengan warna lebih gelap. Konon suasana gelap mebuat kondisi seperti malam hari, sehingga burung bisa bersitirahat dengan tenang.
Selain itu,usia muda adalah waktu tepat untuk mengisi suaranya dengan aneka jenis burung mastaer. Disinyalir daya tangkap alias kemampuan untuk menirukan suara burung pentet saat usia belia jauh lebih tinggi ketimbang yang sudah berumur
Untuk master bisa digunakan belalang, jangkrik, burung gereja, pelatuk,tengkek,pancawarna,robin,cililin,murai air,dan cucak jenggot
atau burung lainnya yang dianggap paling sesuai dengan karakter pentet yang dimiliki.
(Rechten Red.)

Extra Fooding
Untuk kepentingan lomba, maupun meningkatkan performa burung kicauan, pemberian Extra Food diperlukan, untuk memenuhi kebutuhan protein peliharaan, Untuk Extra Food yang dapat dipakai
hari 1, pagi 2 ekor jangkrik +2 UH,sorenya 2 ekor jangkrik..
hari 2, satu sendok makan kroto,sorenya 2 ekor jangkrik
hari 3. 2ekor jangkrik tanpa UH ,dan sorenya 2 ekor jangkrik,
hari 4, jangan dikasih ekstrafooding,utk mengurangi kelebihan yg ada di tubuhnya..
hari 5,kembali pada hari 1,oh ya setiap hari jam jemurnya ditambah 5 menit
bila dalam suatu hari frekuensi bunyinya bertambah maka kita dapat menaikan jumlah jangkriknya menjadi 3...dan naikan terus bila ada progresnya...sampai burung tsb sudah dapat berkicau selama 30 menit s/d 1 jam...dan sehari bisa 5-8 kali frekuensinya.maka jumlah jangkriknya jgn ditambah atau dikurangi pada jumlah terakhir..berarti dosis ekstrafoodingnya sudah "ketemu"..

Note : untuk menaikan porsi jangkrik,ada baiknya anda memakai deadline mis 2 minggu atau sebulan...karena utk menemukan dosis yg pas harus pelan2 dan sabar agar tidak over

Master Bagi Pentet

Yang bisa buat master suara pentet adalah lovebird (cari yang speed rapat dan panjang), belalang (speed jangan terlalu rapat), celilin (hati-hati waktu memaster dgn celilin karena volume nya yg keras bisa membuat mental pentet down), burung gereja kawin (ini cukup ngetrend akhir2 ini), pelatuk, jangkrik,cucak cungkok. Untuk kutilang, tidak bisa sembarangan kutilang, mesti cari yang suaranya 'brebet' terus, karena suara ini yg dicari.


Cara untuk menghindari pentet yang liar/giras :
1. taruh di tempat yang rame
2. sering2 di mandiin klo bs sampe basah kuyup lalu di jemur
3. kasih jangkrik(kaki yang tajamnya di copot) 1-2 di tempat mkn pisahkan
dengan tempat makan voer klo belom makan voer(voer di campur kroto di
kasih air tapi jangan terlalu basah)
4. klo sdh biasa makan jangkrik,coba di kasihnya pake lidi....
5. klo sdh mo pake lidi,skr coba klo habis mandiin kasih jangkrik pake tangan...
(Yakoeb Red.)

Perawatan Pentet Semasa Mabung

Masa mabung merupakan suatu masa yang cukup menyengsarakan buat burung, karena pada masa itu bulu burung akan berganti, dan pori-2 burung akan membesar dan burung akan sangat peka terhadap perubahan cuaca yang ekstreem, namun pada masa mabung merupakan saat yang tepat bagi burung untuk mentransfer suara (memaster suara) burung lain.
Berikut cara perawatan cendet pada saat mabung.

- Tempatkan cendet dalam sangkar yg cukup besar
- Jangan dimandikan, sangkar perlu dibersihkan setiap hari. Sangkar perlu dibersihkan untuk mengurangi pencemaran akibat bakteri/kuman yg tersisa dari kotoran burung atau sisa-sisa makanan.
- Jemur/hangatkan cendet tsb dalam kerodong selama kurang lebih 1 jam pada saat terik matahari, jangan berlebih.
- Kurangi EF, usahakan makan voor sebanyak mungkin. Ini untuk menghindari terjadinya kegemukan pada burung tsb. Setelah proses perontokan bulu burung dan bulu mulai tumbuh, perlahan-lahan baru mulai ditambahkan EF.
- Tetap berikan vitamin2, semisal vitamin C, B dan D (tidak perlu spesifik dalam vitamin khusus burung, melainkan bisa dipakai vitamin2 untuk manusia dengan kadar yang harus disesuaikan)
- Tempatkan burung dengan masteran yang sesuai dengan karakter burung tsb. Semisal burung tsb mempunyai kecenderungan melantunkan kicauan dengan speed yg rapat, maka Anda perlu pula mencarikan master yang sesuai dgn karakter burung tsb. Ingat, jangan sampai salah dalam melakukan pemilihan master, ini bisa berakibat fatal pada tampilan burung tsb nantinya
- Setelah semua bulu 'mentok', maka Anda sudah bisa mulai menjemurnya dengan intensitas yang menaik secara perlahan
- HANYA adu burung minimal 1 bulan setalah bulu tumbuh komplit dan sudah dilakukan penjemuran.
(Duta Ong Red.)


Pentet tergolong burung yang cukup lama rontok urutan kedua yang sebelumnya urutan pertama dipegang oleh anis merah. Bagi pemilik pentet yang piyikan ,kita dapat menunggu sampai masa mabung berlalu sendirinya, namun bagi kita yang berorientasi pada pemasteran,perawatan dan ekstra fooding tentu harus tetap diperhatikan.

Hal tersebut penting karena jika kita atur sejak dini maka akan berakibat fatal dikemudian harinya jika telah dewasa.Contohnya udah banyak sekali dan dapat kita lihat di lingkungan kicaumania sendiri.Ada yang waktu piyikan abis rontok pertama gacor tapi setalah itu cuman diem seribu basa dengan badan yang gemuk dan salto tidak karuan.

Bagaimana solusinya ?
Pertama ,rawatlah burung piyik anda seperti pada alam nya,pemberian makan yang wajar2 saja,mandi jemur dilakuakan seminimal mungkin ,karena kondisi burung masih piyik,pemberian ekstra fooding juga jng terlalu digenjot abis karena akan berakibat fatal walaupun tidak semuanya,karena emang kondisi setiap penerimaan burung dan adaptasi satu dengan yang lain nya berbeda2.Kemudian dapat kita sampaingan dengan burung2 master sesuai harapan kita,mumpung masih muda master dr awal apa salah nya.

Kedua posisi stelah piyik atau remaja,kita mulai atur tuh,dr ekstra fooding mandi jemur,mulai kita tata kembali perlahan2 agar membuah kan hasil yang maksiamal seperti harapan kita.
Contoh pada masa tersebut si burung biasa nya kita setel jangkrik satu kroto 2 hari sekali dengan takaran secendok teh,ulat hongkong 2 ekor.Dengan masa penjemuran cukup 2 jam karena jika lebih akan mempengaruhi mata dan kondisi si burung.mata cepet buta dan bulu cepet kusam.Untuk ukuran mandi bisa 2 kali sehari,karena pentet adalah burung panas,yg dibutuhkan dia adalah panas terik matahari.

Ketiga,jika kita telah lakukan hal itu semoga dalam kurun waktu si burung dewasa atau udah siap kita tinggal memmantau saja apa yang kurang dan lebih kita dalam merawat,sehingga dalam masa dewasa tersebut si brung cepat beradaptasi dengan mudah dan tidak kaget jika kita rubah perawatan nya karena emang si burung sudah kita stel dr semula.
contoh kita kasih jangkrik 2 pagi 1 sore,mandi 2 kali sehari atau nggak sehari sekali tergantug keadaan si burung jika birahi ya bisa kita tambhkan.ulat hongkong kasih 3 ekor sehari jika labih akan cepat birahi si burung kasih saja waktu mau turun ke lapangan pemberian lebih nya.untuk kroto sekali sehari secendok teh karena menunjang aktifitasnya secendok teh bisa disesuaiklan jika kelbihan akan membuat si pentet gemuk,karena kroto banyak mengandung lemak.kemudian full kerodong,dengan burung master samping kanan kiri untuk memperjelas tonjolan2 apa yg mau dibawakan.
(Lindu Aji PBI)

Kebiasaan Pentet Salto

Kenapa Pentet sering salto? pertanyaan itu sering kali muncul ..... Jawaban yang paling pas adalah " Kenapa anda buat pentet anda salto?.
Pentet salto itu disebabkan karena kelebihan tenaga sehingga membuat dia mulai bertingkah, anda enggak percaya?.. anda boleh coba buang extra foodingnya selama 10 hari dan hanya berikan VOORnya saja, setiap pagi anda semprot - semprot ringan , jangan di guyur dengan air selang karena Pentet anda bisa jadi KEOK yang di tandai dengan bulu tengkuknya berdiri....
Setelah 10 hari anda lihat kelakuannya bagaimana? ( hanya untuk pentet yang sudah super ngacor) jangan di coba untuk pentet bahan ya.....
kalau ngacornya berkurang naikin sedikit aja EFnya secara bertahap.....atau bisa dengan TRAP BUMPER
(Nicho Red.)
2) Pentet salto
Ada beberapa penyebab:
- Karakter burung tsb
- Terlalu berahi
- Stress

beberapa solusi yg bisa dicoba:
- Memandikan burung tersebut lebih sering. tapi hati2 karena ini bisa menjadikan kinerja burung turun.
- Memahami kebutuhan extra fooding secara tepat. Ini tidak bisa digeneralisir, porsi bisa berbeda untuk tiap2 burung.
- Pahami karakter burung dengan mengubah jenis tangkringan, apakah sejajar ataukan silang, jenis kandang, apakah kandang besar atau kecil. Ini semua bisa mengurangi salto pentet
- Untuk burung stress, bisa disuahakan dgn cara disendirikan dulu. Setelah rajin berbunyi lagi, usahakan waktu menggantung di tempat yg agak rendah dan ramai lalu lalang orang,agar mental pentet bisa lebih terlatih
(Mprit : Red)


sumber www.kicaumania.org
 

A Cardinal Haiku


All nature slumbers
world reduced to black and white
warm cardinal flame

 

Clever Junco!

Male dark-eyed junco eating sunflower bits on the hopper feeder.


When the weather gets tough, it's fascinating to see how birds will change their behavior to adapt. Conventional wisdom says that juncos are ground-feeding birds that prefer to scratch through whatever is covering the ground for their food. Or they may mount a weed stalk to get at the seed heads near the top. Normally at feeding stations, they are on the ground below the feeders, scratching for mixed seeds such as millet, cracked corn, or sunflower bits.

With our recent snows and ongoing low temperatures, the bird feeders are a blur of activity. When I looked out the other day, I did a double take. There was a junco, perched on a vertical log feeder, pecking at bits of suet dough we had packed into the drilled holes. The suet log, hanging nearly six feet off the ground, is normally visited by woodpeckers, nuthatches, chickadees and titmice, starlings, and Carolina wrens. Seeing the junco using it, despite the lack of strong clinging feet, was a new one.

We'd seen the juncos at the hopper feeders (top image) picking out sunflower bits. And we knew the juncos loved the suet dough we put out on the deck railing, so I guess his should not come as a huge surprise. After all, the birds don't read the books describing their behavior. They're just trying to survive until tomorrow.

The male dark-eyed junco on the suet log.
 
 
Support : Copyright © 2011. Trend burung - All Rights Reserved