Jangkrik untuk induk dapat diperoleh di alam bebas, misalnya di sawah atau di tegalan, di semak-semak, atau di hutan-hutan. Untuk memperoleh jangkrik yang dapat menjadi induk yang sehat dan kuat, serta benar-benar sudah dewasa atau siap kawin. Adapun ciri-ciri fisik jangkrik jantan dan betina yang telah dewasa adalah sebagai berikut.
1. Jangkrik Jantan
Ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh jangkrik jantan sebagai berikut:
a. memiliki tubuh pendek dan besar;
b. memiliki sayap punggung kasar;
c. tidak memiliki ovipositor.
2. jangkrik Betina
Ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh jangkrik betina adalah sebagai berikut:
a. memiliki tubuh ramping dan panjang;
b. memiliki sayap punggung halus dan mengkilat;
c. memiliki ovipositor hitam kaku.
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan jangkrik untuk calon induk adalah sebagai berikut.
a. Secara fisik jangkrik yang sehat dan kuat adalah gerakannya gesit dan jika disentuh atau dipegang akan meronta. Kelengkapan fisik seperti, kaki, sungut ( antena ) dan jarum penyuntik telur ( ovipositor ) merupakan prioritas utama.
b. Pilihlah jangkrik yang memiliki tubuh yang keras dan tidak lunak. Jika dipegang lemas, biasanya jangkrik tersebut gerakannya kurang gesit karena banyak mengandung cairan. Itu pertanda bahwa jangkrik tersebut tidak sehat atau bahkan akan mati.
c. Pilihlah jangkrik betina yang memiliki ovipositor utuh, berwarna hitam, dan kaku. Jangan memilih jangkrik betina yang ovipositornya masih berwarna terang/putih karena yang berwarna terang pertanda bahwa jangkrik tersebut belum siap untuk dikawinkan.
d. Berumur 60 – 80 hari dengan tanda sudah memiliki sayap yang sudah lengkap.
Kriteria tersebut di atas merupakan alternative pilihan untuk menentukan bibit jangkrik yang siap untuk ditangkarkan atau diternakkan. Namun, kadang-kadang sulit untuk mendapatkan jangkrik yang benar-benar seperti criteria tersebut. Kita kadang-kadang mendapatkan beberapa anggota badan yang tidak lengkap, misalnya kaki belakang tidak utuh ( Jw: gothang), sungut ( antena ) putus, dan ovipositornya patah atau bengkok. Hal ini sering dialami oleh peternak jangkrik yang menangkap jangkrik di alam bebas secara tidak benar. Oleh karena itu, bila kita menangkap jangkrik di alam bebas harus dilakukan dengan hati-hati agar anggota badan jangkrik tersebut tetap utuh. Criteria khusus sebagai bahan pertimbangan untuk memilih jangkrik betina yang akan dijadikan induk adalah ovipositornya masih utuh dan berwarna hitam kaku.
1. Jangkrik Jantan
Ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh jangkrik jantan sebagai berikut:
a. memiliki tubuh pendek dan besar;
b. memiliki sayap punggung kasar;
c. tidak memiliki ovipositor.
2. jangkrik Betina
Ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh jangkrik betina adalah sebagai berikut:
a. memiliki tubuh ramping dan panjang;
b. memiliki sayap punggung halus dan mengkilat;
c. memiliki ovipositor hitam kaku.
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan jangkrik untuk calon induk adalah sebagai berikut.
a. Secara fisik jangkrik yang sehat dan kuat adalah gerakannya gesit dan jika disentuh atau dipegang akan meronta. Kelengkapan fisik seperti, kaki, sungut ( antena ) dan jarum penyuntik telur ( ovipositor ) merupakan prioritas utama.
b. Pilihlah jangkrik yang memiliki tubuh yang keras dan tidak lunak. Jika dipegang lemas, biasanya jangkrik tersebut gerakannya kurang gesit karena banyak mengandung cairan. Itu pertanda bahwa jangkrik tersebut tidak sehat atau bahkan akan mati.
c. Pilihlah jangkrik betina yang memiliki ovipositor utuh, berwarna hitam, dan kaku. Jangan memilih jangkrik betina yang ovipositornya masih berwarna terang/putih karena yang berwarna terang pertanda bahwa jangkrik tersebut belum siap untuk dikawinkan.
d. Berumur 60 – 80 hari dengan tanda sudah memiliki sayap yang sudah lengkap.
Kriteria tersebut di atas merupakan alternative pilihan untuk menentukan bibit jangkrik yang siap untuk ditangkarkan atau diternakkan. Namun, kadang-kadang sulit untuk mendapatkan jangkrik yang benar-benar seperti criteria tersebut. Kita kadang-kadang mendapatkan beberapa anggota badan yang tidak lengkap, misalnya kaki belakang tidak utuh ( Jw: gothang), sungut ( antena ) putus, dan ovipositornya patah atau bengkok. Hal ini sering dialami oleh peternak jangkrik yang menangkap jangkrik di alam bebas secara tidak benar. Oleh karena itu, bila kita menangkap jangkrik di alam bebas harus dilakukan dengan hati-hati agar anggota badan jangkrik tersebut tetap utuh. Criteria khusus sebagai bahan pertimbangan untuk memilih jangkrik betina yang akan dijadikan induk adalah ovipositornya masih utuh dan berwarna hitam kaku.