Pasir atau tanah yang digunakan untuk tempat peneluran jangkrik harus bersih dan lembut. Sebelum diletakkan di kotak penangkaran, pasir atau tanah diayak terlebih dahulu dengan saringan yang halus. Hasil ayakan disteril terlebih dahulu dengan cara dijemur selama 2 – 3 hari digoreng sangan ( sangria ). Setelah dingin, pasir atau tanah tempat peneluran tersebut ditaruh pada sebuah nampan plastic dengan ketebalan kurang lebih 1,5 cm.
Induk jangkrik yang telah siap bertelur dimasukkan ke dalam kotak dengan perbandingan jangkrik jantan dan jangkrik betina 1 : 3. artinya, satu ekor jangkrik jantan di kawinkan dengan tiga ekor jangkrik betina. Kotak peneluran sebaiknya cukup luas dan di dalamnya diisi daun-daun kering, misalnya daun jati, daun pisang ( klaras), daun sukun, daun tebu, atau daun-daun lain yang bagus. Fungi daun-daun kering tersebut adalah untuk tempat berlindung dan bersembunyi bagi induk jangkrik.
Setelah kotak peneluran diisi induk jangkrik dan daun-daun kering, kemudian nampan plastik yang diisi pasir halus dimasukkan ke dalamnya tepat di tengah-tengah kotak. Kelembapan media pasir tempat bertelur harus tetap dijaga sampai jangkrik – jangkrik betina bertelur. Cara menjaga kelembapan kotak dan media pasir untuk peneluran dapat dilakukan dengan cara disemprot kabut air ( spary ) yang halus setiap 2 hari sekali.
Jika induk jangkrik yang dimasukkan ke dalam kotak cukup banyak, nampan plastik tempat peneluran harus dicek ( diamati ) setiap 2 – 3 hari sekali untuk apakah telur-telur jangkrik sudah terdapat di dalam nampan plastik berisi pasir tersebut atau belum. Jika telur yang berada di dalam media peneluran sudah cukup banyak, nampan di ambil dan diletakkan di salah satu kotak yang dipersiapkan untuk penetasan atau pembesaran jangkrik. Selanjutnya, kotak peneluran tersebut diberi nampan plastic yang berisi pasir halus lagi untuk peneluran jangkrik pada hari ke 3 dan seterusnya. Pengecekan/pengamatan ini selalu dilakukan sambil menyortir induk jangkrik yang mati di dalam kotak.
Kegiatan peneluran jangkrik ini dilakukan sampai diperoleh beberapa nampan berisi telur jangkrik, dan induk dalam kotak peneluran tersebut makin sedikit. Apabila diperlukan, tambahkan beberapa induk baru ke dalam kotak setelah peneluran berlangsung 7 – 8 hari. Penambahan induk ini bertujuan agar setiap 2 – 3 hari kita dapat menghasilkan telur-telur jangkrik yang siap untuk ditetaskan.
Pengambilan telur tidak harus dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali, tetapi pengambilan telur dapat disesuaikan dengan banyak sedikitnya indukkan yang ada di dalam kotak peneluran. Apabila jumlah induk di dalam kotak cukup banyak, pengambilan telur dapat dilakukan setiap hari atau setiap jam. Demikian seterusnya sampai telur-telur jangkrik dapat di panen.
Induk jangkrik yang telah siap bertelur dimasukkan ke dalam kotak dengan perbandingan jangkrik jantan dan jangkrik betina 1 : 3. artinya, satu ekor jangkrik jantan di kawinkan dengan tiga ekor jangkrik betina. Kotak peneluran sebaiknya cukup luas dan di dalamnya diisi daun-daun kering, misalnya daun jati, daun pisang ( klaras), daun sukun, daun tebu, atau daun-daun lain yang bagus. Fungi daun-daun kering tersebut adalah untuk tempat berlindung dan bersembunyi bagi induk jangkrik.
Setelah kotak peneluran diisi induk jangkrik dan daun-daun kering, kemudian nampan plastik yang diisi pasir halus dimasukkan ke dalamnya tepat di tengah-tengah kotak. Kelembapan media pasir tempat bertelur harus tetap dijaga sampai jangkrik – jangkrik betina bertelur. Cara menjaga kelembapan kotak dan media pasir untuk peneluran dapat dilakukan dengan cara disemprot kabut air ( spary ) yang halus setiap 2 hari sekali.
Jika induk jangkrik yang dimasukkan ke dalam kotak cukup banyak, nampan plastik tempat peneluran harus dicek ( diamati ) setiap 2 – 3 hari sekali untuk apakah telur-telur jangkrik sudah terdapat di dalam nampan plastik berisi pasir tersebut atau belum. Jika telur yang berada di dalam media peneluran sudah cukup banyak, nampan di ambil dan diletakkan di salah satu kotak yang dipersiapkan untuk penetasan atau pembesaran jangkrik. Selanjutnya, kotak peneluran tersebut diberi nampan plastic yang berisi pasir halus lagi untuk peneluran jangkrik pada hari ke 3 dan seterusnya. Pengecekan/pengamatan ini selalu dilakukan sambil menyortir induk jangkrik yang mati di dalam kotak.
Kegiatan peneluran jangkrik ini dilakukan sampai diperoleh beberapa nampan berisi telur jangkrik, dan induk dalam kotak peneluran tersebut makin sedikit. Apabila diperlukan, tambahkan beberapa induk baru ke dalam kotak setelah peneluran berlangsung 7 – 8 hari. Penambahan induk ini bertujuan agar setiap 2 – 3 hari kita dapat menghasilkan telur-telur jangkrik yang siap untuk ditetaskan.
Pengambilan telur tidak harus dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali, tetapi pengambilan telur dapat disesuaikan dengan banyak sedikitnya indukkan yang ada di dalam kotak peneluran. Apabila jumlah induk di dalam kotak cukup banyak, pengambilan telur dapat dilakukan setiap hari atau setiap jam. Demikian seterusnya sampai telur-telur jangkrik dapat di panen.