Sepasang fosil berusia 30 juta tahun yang ditemukan di Jerman bagian selatan, diyakini sebagai fosil burung kolibri atau hummingbird tertua. Menurut para ilmuwan, lokasi penemuan ini sangat istimewa karena hummingbird sekarang hanya ditemukan di Dunia Baru atau Benua Amerika. Dalam edisi terbaru majalah Science, Dr Gerald Mayr mengatakan fosil yang ditemukan itu memiliki banyak kemiripan dengan burung-burung kolibri modern. Burung yang sudah punah itu juga diduga mempengaruhi bentuk bunga-bunga yang sekarang ada di Asia dan Afrika.
"Fosil hummingbird primitif telah ditemukan di Dunia Lama sebelumnya, namun ini adalah sesuatu yang mengejutkan karena kita menemukan fosil burung yang amat mirip dengan hummingbird modern," kata Dr Mayr dari Museum Sejarah Natural Senkenberg, Frankfurt. Perlu diketahui, fosil-fosil hummingbird lain ditemukan di Amerika tengah, Eropa dan Asia. Tetapi mereka amat berbeda dengan burung kolibri modern. Sedangkan fosil dari Jerman ini memiliki paruh panjang untuk menghisap nektar, serta sayap untuk melayang statis di udara bahkan terbang mundur. Ciri-ciri sayap inilah yang dimiliki hummingbird modern. Hummingbird purba seperti Jungornis tesselatus tidak memilikinya. Karena keanehan dan keunikan ini, para ilmuwan sepakat menyebutnya Eurotrochilus inexpectatus --yang menunjukkan bahwa ia ditemukan secara kebetulan dan tidak terduga.
Persamaan sayap di atas kemudian menimbulkan perkiraan bahwa Eurotrochilus dan hummingbird modern berasal dari kelompok yang sama, sementara Jungornis berasal dari grup primitif lainnya. Sayap burung yang ditemukan dalam fosil serupa burung kolibri modern. Bisa terbang statis dan mundur. Mengenai penyebab punahnya jenis Eurotrochilus dan Jungornis ini, Dr Mayr mengaku tidak mengetahuinya. "Mungkin mereka dahulu memang mempunyai daerah sebaran yang luas, namun karena beberapa hal, burung-burung ini punah. Entahlah apa yang menjadi penyebabnya," kata Dr Mayr.
Sementara itu, Profesor Ethan Temeles dari Amherst College, Massachusetts, AS, menduga kepunahan itu disebabkan karena perubahan iklim. "Bila dilihat dari ukuran tubuhnya yang kecil, maka perubahan iklim akan sangat mempengaruhinya," ujarnya.
Meski begitu, tidak tertutup kemungkinan penyebab kepunahan adalah persaingan antar hummingbird dan burung-burung penghisap madu lain yang lebih kuat. Hal lain yang menarik dari penemuan ini adalah munculnya dugaan bahwa burung-burung yang sudah punah itu bisa jadi ikut menentukan bentuk
bunga-bunga di Asia dan Afrika, melalui proses evolusi yang disebut co-evolution. Co-evolution adalah sebuah proses perubahan dimana kedua jenis hewan atau tanaman (misalnya antara hummingbird dengan bunga) sama-sama mengalami perubahan dalam rangka saling menyesuaikan diri.
Tanaman-tanaman bunga yang terpengaruh itu bisa jadi termasuk spesies Canarina eminii, Impatiens sakeriana dan Agapetes. Para ilmuwan sendiri sedang mencari bunga-bunga di Dunia Lama yang mungkin berevolusi bersama hummingbird. (BBC/Rtr/wsn)
Fosil burung yang ditemukan tidak di tempat yang diperkirakan.