Kepuh,Upaya Masyarakat Ramaikan Pasar Tradisional


Suara kicauan berbagai jenis burung, Kamis (7/2/2013) menyeruak di Pasar Kepuh, Kecamatan Nguter, Sukoharjo. Sesekali terlihat pengunjung mendekati sangkar dan menempelkan telinganya. Tak berapa lama, dua jari yang terdiri atas ibu jari di jari tengah ditautkan untuk membuat bunyi. Tak lama kemudian pengunjung itu pun mundur dua langkah. Duduk bersandar tiang los pasar dan menatap burung yang berkicau tersebut.

Burung parkit, cucak hijau, love bird, perkutut dan jenis burung yang lain telah digantung di tempat gantangan yang dibuat sederhana dari bambu. Lurah Pasar Kepuh, Widadi Nugroho bercerita, keberadaan pasar burung memang baru didirikan. Menurutnya, pendirian pasar burung itu untuk menunjang keramaian pasar tradisional yang semakin sepi
pengunjung. “Ada dua los Pasar Kepuh yang kosong sehingg dimanfaatkan oleh enam pedagang burung untuk bergabung mendirikan pasar burung. Mereka mulai menjajakan burung sejak 28 Januari,” ujarnya.

Ketua Paguyuban Pasar Burung Kepuh, Ardiyanto bercerita, tekad mendirikan pasar burung diawali dari rasan-rasan (mengobrol) antara Lurah Pasar Kepuh dengan enam pedagang burung dan unggas untuk menggeliatkan kembali perekonomian pasar tradisional. “Saya lama merantau dan beberapa bulan lalu pulang kampung melihat kondisi Pasar Kepuh sepi tak seramai semasa kecil dahulu. Akhirnya disepakati, setiap pasaran Pahing berjualan unggas dan burung di Pasar Kepuh.”
Ide Ardiyanto itu demi mewujudkan keramaian dan peningkatan ekonomi masyarakat Kepuh. Menurutnya, selama ini warga harus pergi ke Pasar Nguter atau Pasar Sukoharjo untuk menjual ayam atau ternak unggas. Harga per ekor ayam kampung berkisar Rp40.000 hingga Rp60.000. “Uang tersebut akan habis untuk beaya transportasi. Untuk itulah aneka dagangan dijual di Pasar Kepuh, termasuk unggas dan burung,” jelas peternak ayam bangkok tersebut.
Sedangkan pedagang burung di pasar tersebut, Eko Setya Abadi menyatakan keikutsertaannya bersama pedagang lain berjualan di Pasar Nguter agar keramaian tercipta kembali. Menurutnya harga burung bervariasi tergantung jenis. Misalkan, love bird senilai Rp400.000 hingga Rp1 juta, sepasang parkit berbulu hijau Rp30.000 sedangkan sepasang parkit berbulu kuning dan biru senilai Rp40.000. Perkutut senilai Rp25.000/ekor, jenis kenari senilai Rp120.000/ekor. “Selama tiga kali berjualan, omzet pedagang cukup baik. Berkisar Rp500.000 hingga Rp1 juta.”-solopos
Share this article :
 
 
Support : Copyright © 2011. Trend burung - All Rights Reserved