Para pecinta burung pasti tak asing dengan burung robin. Sempat ngetop di tahun 1990-an, burung kicau impor asal China, Taiwan, dan Belanda ini menghilang saat flu burung merebank di Indonesia. Tahun ini, kicau si robin kembali dicari.
Memiliki ukuran tubuh yang mungil, yakni cuma 5 sentimeter (cm) hingga 7 cm, burung robin mampu memikat hati para pecinta burung. Bulunya yang berwarna-warni menggoda mata untuk mencermati keindahan fisiknya.
Salah satu peternak burung robin yang sudah cukup ternak dikalangan peternak robin lainnya adalah Yudha Tri Dharma yang berdomisili di Bekasi.Beliau memberikan sedikit penuturannya tentang usaha yang dijalaninya.
Meski termasuk burung impor, robin mudah beradaptasi di Tanah Air. Di habitat aslinya, robin hidup secara bergerombol. Ia juga termasuk burung yang lincah, terbang ke sana-kemari. Burung ini juga suka mengoceh hingga suara kandang ramai dan berisik
Meski begitu, ocehannya berirama sehingga merdu ketika sampai di telinga. Ocehan inilah yang turut mendongkrak harga burung robin. Semakin nyaring suaranya, semakin mahal harga jual si robin.
Menurut Yudha, ocehan yang keluar dari robin sangat tergantung dengan lingkungan sekitar burung. Robin juga lebih peka terhadap perubahan cuaca di sekitar tempat ia tinggal.
Tempat yang sejuk menjadi habitat terbaik bagi burung robin. Karena itu, jika tinggal di daerah panas, umur robin akan lebih pendek. Karena itu, Yudha memberi saran, pecinta burung yang tinggal di daerah dengan suhu panas harus rajin menaruh burung robin kesayangannya ke dalam ruangan. Sediakan air dalam kandang. Kalau robin kepanasan, ia akan berendam sendiri dalam air.-shvoong