Pada masa penjajahan Belanda, burung kenari mulai masuk ke Indonesia. Pada saat itu, burung kenari masih terbilang mahal. Oleh karena itu, tidak semua lapisan masyarakat bisa memeliharanya. Namun, seiring Indonesia dikuasai Jepang keberadaan burung kenari pun turut menghilang dari pasaran.
Sejak tahun lima puluhan burung kenari mulai diternak di Indonesia. Peternak kenari makin berkembang sekitar tahun enam puluhan. Peternak-peternak tersebut tersebar di berbagai daerah di pulau Jawa, yaitu Semarang, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya.
Keberhasilan perkembangan kenari di Indonesia juga mampu memunculkan aneka jenis baru dengan berbagai bentuk dan warna bulu. Kenari hasil ternakan Indonesia juga sempat diekspor dan dikenal dengan canary java.
Keberadaan perhimpunan burung Indonesia (PBI) turut berperan dalam mempopulerkan burung kenari keberbagai lapisan masyarakat dengan menggelar lomba burung berkicau. Tak mengharankan pada tahun tujuh puluhan masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan burung kenari yang mungil dan berbulu sangat menawan ini.
Meskipun Indonesia mampu beternak, tetapi impor burung kenari tetap dilakukan. Bahkan, ada kecenderungan terus meningkat. Kenari yang berada di Indonesia sebagian besar di Impor dari Belanda, selain dari Jerman, Inggris, Taiwan, Cina, dan Afrika (pada akhir tahun 1990).